Bank Dunia: Ekonomi Global Kian Stabil, Tapi Belum Seperti Pra-Pandemi
Ekonomi 80% populasi dunia lebih lambat dari pra-pandemi.
Jakarta, FORTUNE – Bank Dunia memperkirakan Ekonomi Global akan stabil pada 2024, untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir. Namun, 80 persen populasi dunia masih mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan sebelum Pandemi (pra-pandemi) Covid-19.
Berdasarkan laporan Global Economic Prospects, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global tetap stabil di angka 2,6 persen tahun ini, sebelum reratanya naik jadi 2,7 persen pada 2025-2026. “Angka tersebut (masih) jauh di bawah rata-rata 3,1 persen pada dekade sebelum Covid-19,” tulis Bank Dunia dalam rilis yang Fortune Indonesia kutip, Rabu (12/6).
Berdasarkan laporan tersebut, negara-negara berkembang diperkirakan akan tumbuh rata-rata 4 persen pada 2024-2025, sedikit lebih lambat dibandingkan 2023. Sementara, pertumbuhan negara-negara maju akan tetap stabil di kisaran 1,5 persen pada tahun ini, dan berpotensi meningkat jadi 1,7 persen di 2025.
Meski begitu, kondisi mengkhawatirkan justru muncul dari proyeksi pertumbuhan di negara-negara berpendapatan rendah, yang diperkirakan akan meningkat menjadi 5 persen pada tahun 2024 dari 3,8 persen pada tahun 2023. Perkiraan di 2024, pertumbuhan ini mencerminkan penurunan peringkat di tiga dari empat negara berpendapatan rendah sejak Januari.
Negara termiskin mengkhawatirkan
Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia, Indermit Gill, mengatakan bahwa prospek perekonomian di negara-negara termiskin di dunia–didominasi oleh negara-negara di benua Afrika–justru cukup mengkhawatirkan. “Negara-negara tersebut menghadapi tingkat pembayaran utang yang berat, membatasi kemungkinan perdagangan, dan peristiwa iklim yang merugikan,” kata Gill, Selasa (11/6).
Menurutnya, negara-negara termiskin, yang mencakup 75 negara dengan hak atas bantuan lunak dari Asosiasi Pembangunan Internasional, tidak akan mampu bertumbuh tanpa dukungan dari negara-negara lain yang lebih baik kondisinya. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi global yang lebih rendah dibandingkan sebelum 2020, meski kini situasinya relatif lebih stabil.
Kesenjangan yang melebar
Bank Dunia menyebutkan bahwa satu dari empat negara berkembang diperkirakan akan tetap miskin dibandingkan saat menjelang pandemi pada 2019. Proporsi ini bisa dua kali lebih tinggi untuk negara-negara yang rentan dan terkena dampak konflik.
Selain itu, kesenjangan pendapatan antara negara-negara berkembang dan maju diperkirakan akan kian melebar, di hampir separuh negara-negara berkembang pada tahun 2020-2024–jadi kesenjangan pendapatan tertinggi sejak era 1990-an. Pendapatan per kapita di negara-negara tersebut, diperkirakan tumbuh rata-rata 3,0 persen hingga 2026. Angka tersebut masih jauh di bawah rerata 3,8 persen pada dekade sebelum Covid-19.
“Negara-negara berkembang harus menemukan cara untuk mendorong investasi swasta, mengurangi utang publik, dan meningkatkan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar,” kata Gill dalam analisisnya.
Inflasi masih tinggi
Sementara itu, Wakil Kepala Ekonom Bank Dunia dan Direktur Prospects Group, Ayhan Kose, mengungkapkan bahwa inflasi di dunia masih akan relatif tinggi, meski laju harga pangan dan energi global kian melambat.
Inflasi global diperkirakan akan melambat menjadi 3,5 persen pada 2024 dan 2,9 persen pada 2025. Namun, laju penurunannya lebih lambat dibandingkan perkiraan enam bulan lalu.
“Hal ini dapat mendorong bank sentral di negara-negara maju untuk menunda penurunan suku bunga. Lingkungan dengan tingkat suku bunga yang ‘lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama’ akan berarti kondisi keuangan global yang lebih ketat dan pertumbuhan yang jauh lebih lemah di negara-negara berkembang,” kata Kose.
Bank Dunia pun memproyeksikan suku bunga global akan tetap tinggi, menurut standar beberapa dekade terakhir—yakni rata-rata 4 persen pada 2025-26, atau dua kali lipat rerata di periode tahun 2000-2019.