Jelang Musim Giling Tebu, ID Food Targetkan Produksi Gula 280.000 Ton
Indonesia masih alami defisit produksi gula.
Jakarta, FORTUNE – ID FOOD, perusahaan holding pangan BUMN, menargetkan Produksi Gula mencapai 280.000 ton, menjelang musim giling Tebu, setelah Lebaran 2024 berlalu.
Direktur Utama BUMN Holding Pangan ID Food, Frans Marganda Tambunan, mengatakan untuk mencapai target ini, perusahaan menggabungkan ketiga anak perusahaannya, seperti PT PG Rajawali I, PT PG Rajawali II, dan PT PG Candi Baru. “Habis Lebaran di pekan pertama dan kedua Mei semua pabrik sudah mulai giling. Dan target kami mudah-mudahan cuaca tahun ini bagus, sehingga produksinya baik seperti tahun lalu,” katanya di Bekasi, Jumat (15/3).
Menurutnya, penggabungan ini akan dilakukan bertahap dan dimulai dengan merger PT PG Candi Baru dan PT PG Rajawali I dengan pertimbangan lokasi produksi yang saling berdekatan.
Penggabungan ini dilakukan agar produsen gula di bawah ID Food bisa saling bersinergi memenuhi pasokan gula nasional dan tidak saling berebut bahan baku melalui sistem manajemen perusahaan yang sama.
Peta jalan
LFrans mengatakan bahwa untuk mendukung rencana penggabungan ini, ID Food memproses peta jalan dalam rangka mewujudkan target pemerintah terkait swasembada gula nasional tahun 2030.
"Yang kami lakukan saat ini adalah penyeragaman tata kelola gula dan budidayanya. Kemarin rencana jangka panjang kita masih berproses di Kementerian BUMN. Dalam jangka pendek segera akan disetujui dan itu sudah ada waktu kerjanya," kata Frans.
Defisit
Produksi gula tercatat mengalami defisit, di mana hanya mencapai 2,4 juta ton pada 2022, sementara konsumsi masyarakat mencapai 3,21 juta ton. Bahkan, hingga akhir 2022, menurut data statistik tebu yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia melakukan impor hingga 6 juta ton.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Sarmuji, mengatakan akan mendorong pemerintah untuk mengembangkan varietas tebu serta meningkatkan produksi gula. “Tata kelola pertaniannya juga diperbaiki serta para petani diedukasi bagaimana mengelola lahan dengan baik untuk jangka panjang,” ujarnya, Senin (19/2).
Saat ini ada beberapa persoalan untuk swasembada gula, baik di sisi off-farm dengan kualitas pertanian tebu yang menurun dan bibitnya tidak sebagus dulu. Sedangkan dari sisi on-farm, Komisi VI meminta harus ada perbaikan fasilitas pabrik gula.