Pemerintah Pacu Produksi Migas Usai Raih Investasi UCC US$7 Miliar
Investasi ini juga akan meningkatkan banyak nilai tambah.
Jakarta, FORTUNE – Kementerian ESDM menyatakan siap untuk meningkatkan produksi sektor Migas dengan nilai tambah. Ini dilakukan setelah Indonesia mengantongi keputusan Investasi akhir atas proyek Tangguh Ubadari, Carbon Capture Utilization & Storage/CCUS, dan Compression (UCC) sekitar US$7 miliar atau Rp111,40 triliun (kurs Rp15.914,05/US$).
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa kerja sama antara BP (British Petroleum) dan pemerintah membuktikan bahwa industri migas Indonesia masih menjanjikan bagi investasi asing sekaligus mendukung produksi dalam negeri.
“Yang terpenting meningkatkan nilai tambah daerah. Peningkatan pendapatan daerah, multiplier effect yang positif bagi daerah," katanya dalam keterangan di laman Kementerian ESDM, Selasa (26/11).
Proyek Tangguh LNG turut mendukung kapabilitas tenaga kerja operasional nasional. Bahkan, 70 persen di antaranya merupakan tenaga kerja asal Papua, dan ditargetkan meningkat menjadi 85 persen pada 2029.
Dengan begitu, hilirisasi sektor minerba tidak hanya berdampak positif pada perekonomian nasional, tetapi juga pada perekonomian daerah. “Multiplier effect-nya di daerah itu tinggi sekali. Jadi, minerba adalah salah satu instrumen pendongkrak ekonomi daerah. Ini kenapa kita harus saling mendukung," katanya.
Pada Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis, pemerintah memproyeksikan total investasi mencapai US$618 miliar yang akan dialokasikan untuk 28 komoditas hilirisasi. Sekitar 91 persen dari besaran investasi tersebut terkonsentrasi di sektor ESDM, terutama untuk komoditas minerba serta minyak dan gas bumi.
Kesepakatan
Chief Executive Office (CEO) BP, Murray Auchincloss, mewakili para mitra kerja sama Tangguh, sebelumnya menyatakan rencana investasinya di hadapan Presiden Prabowo Subianto pada CEO Roundtable Forum di London, Kamis (21/11).
Presiden Prabowo pada saat itu mengarahkan proyek ini untuk meningkatkan produksi migas, termasuk mendukung visi mencapai ketahanan kedaulatan energi. "Saya bertemu dengan pemimpin-pemimpin perusahaan besar, di sini ada 19 tokoh. Mereka sudah berkomitmen investasi US$8,5 miliar. Ini menunjukkan optimisme mereka terhadap ekonomi kita," ujarnya.
Seperti diketahui, proyek UCC ini berkenaan dengan cadangan gas yang mencapai sekitar 3 triliun kaki kubik (TCF) di Teluk Bintuni, Papua Barat, dan rencananya onstream pada tahun 2028.
Proyek ini juga mencakup pengembangan lapangan gas Ubadari, peningkatan perolehan gas (EGR) melalui CCUS di lapangan Vorwata, pemasangan kompresor di darat, perluasan serta pemanfaatan infrastruktur yang telah ada di fasilitas Tangguh LNG di Papua Barat.
Khusus CCUS, proyek ini adalah salah satu yang terbesar dan terdepan, dan berpotensi menjadi CCS Hub pertama di Indonesia. Adapun potensi kapasitas penyimpanan CO2 sekitar 1,8 Gigaton dan pada fasa awal akan menginjeksikan sekitar 15 juta ton CO2 dari emisi fasilitas operasi Tangguh LNG.