Pemerintah Siap Bangun Pembangkit Listrik EBT Senilai US$235 Miliar
Indonesia berharap dapat investasi dari komunitas global.
Jakarta, FORTUNE – Pemerintah akan menyiapkan Pembangkit Listrik 100 Gigawatt (GW) dengan 75 persen energi baru terbarukan (EBT) hingga 2040, melalui investasi yang diperkirakan mencapai US$235 miliar atau Rp3,71 kuadriliun (kurs Rp15.790,62/US$).
Hal ini disampaikan delegasi Indonesia di gelaran Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP) ke-29 yang belangsung di Baku, Azerbaijan, 11-22 November 2024.
Ketua Delegasi Indonesia di COP-29, Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan bahwa sumber EBT tersebut terdiri dari panas bumi, tenaga air, hingga nuklir. "Kita punya lapisan-lapisan di bawah tanah yang bisa menampung karbon secara masif, saya dengar dari pemerintah potensi Indonesia 500 gigaton, jadi Indonesia punya potensi luar biasa, kita bisa dapat kerja sama dengan mitra-mitra di luar negeri," ujarnya seperti dikutip dari Antaranews, Senin (11/11).
Hashim mengungkapkan, program yang sudah ditetapkan pemerintah ini sedang dikerjakan termasuk rencana pemgerjaan hingga 15 tahun ke depan, berbarengan dengan program lain, seperti fasilitas penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS).
Menurutnya, sudah banyak perusahaan multinasional sudah menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi dalam berbagai program-program keberlanjutan ini. "Pendanaan tidak hanya akan dari anggaran negara, karena kita semua tahu anggaran negara cukup terbatas. Kami akan mengundang pihak yang berkepentingan," kata Hashim.
Komitmen PLN
Sebelumnya, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen dalam menyediakan energi hijau yang efisien dan terjangkau, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen, seperti yang ditargetkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
“Komitmen ini mencerminkan ambisi Indonesia dalam menciptakan keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan kelestarian lingkungan melalui transformasi energi,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan di laman resmi PLN, Selasa (12/11).
Adapun, terkait rencana penambahan kapasitas pembangkit listrik dengan basis 75 persen EBT hingga 2040, menurutnya PLN perlu membangun jaringan transmisi yang mampu menghubungkan sumber energi bersih yang terletak jauh dari pusat permintaan saat ini.
Pembangunan energi terbarukan akan memaksimalkan potensi energi dalam negeri, mendukung pengembangan industri hilir, serta membuka lebih banyak lapangan kerja.
Oleh karena itu, dia berharap seluruh pihak, termasuk komunitas global di COP-29, mau untuk ikut terlibat dalam pengembangan infrastruktur pembangkit energi hijau dan transmisi Green Enabling Super Grid.
“PLN tidak dapat memikul beban ini sendirian, satu-satunya cara untuk menghadapi perubahan iklim adalah melalui kolaborasi,” ujarnya.