Permintaan Furnitur Ramah Lingkungan Naik, Menkop: Harus Dimanfaatkan
Indonesia punya kekayaan alam yang besar dan beragam.
Jakarta, FORTUNE – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenkopUKM), Teten Masduki, mengatakan bahwa industri Furnitur Indonesia harus bisa memanfaatkan permintaan furnitur ramah lingkungan global yang diperkirakan meningkat pada 2024.
Teten mengatakan, secata nilai, permintaan furnitur ramah lingkungan dunia diperkirakan mengalami tren kenaikan 8,6 persen, menjadi US$51,02 miliar atau Rp798,33 triliun (kurs Rp15.649,29 per dolar AS).
“Indonesia memiliki potensi menjadi penyuplai furnitur dunia, karena kita memiliki material yang cukup banyak, ada kayu, bambu dan rota,” katanya di Tangerang, Selasa (27/2).
Menurutnya, saat ini Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah, beragam, dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Apalagi, Indonesia saat ini memiliki nilai produksi bambu terbesar ke tiga di dunia.
Dukungan pemerintah
Karena itu, pihaknya akan mendukung pengembangan industri furnitur diperluasan tanaman bambu di wilayah NTT dengan bekerjasama pemerintah daerah setempat. Hal ini dianggap sebagai upaya yang sangat penting untuk dilakukan.
Dalam mengembangkan industri furnitur dan kerajinan, pihaknya akan terus mendorong para pelaku UMKM untuk memulai membuat produk ramah lingkungan. “Kami nanti akan mendukung untuk suplay bahan baku itu sendiri, seperti nanti kita akan dukung perluasan di tanaman bambu,” katanya.
Harus disikapi
Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Dedy Rochimat, mengatakan bahwa peningkatan proyeksi permintaan furnitur ramah lingkungan ini merupakan hal yang perlu disikapi. Apalagi, kondisi perekonomian global belum pulih akibat perang dan pelemahan permintaan dunia.
Bahkan, permintaan ekspor furnitur ramah lingkungan yang signifikan ini turut mendukung industri pariwisata dan hospitality di dalam negeri dengan nilai hampir mencapai Rp16 triliun.
“Pertumbuhan furnitur yang relatif tinggi ini adalah peluang besar yang harus kita respon dengan bersama melalui pembuatan pusat riset dan produksi furnitur di kawasan industri,” ujar Dedy.
Turun tapi potensial
Meski begitu, secara nasional, nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia melemah sebesar 28 persen pada periode Januari-September 2023 dibandingkan tahun 2022, atau dari US$2,5 miliar menjadi US$1,8 miliar.
Tapi, ia yakin furnitur tidak hanya menjadi simbol kenyamanan dan keindahan dalam rumah, namun juga mencerminkan komitmen kita terhadap lingkungan. “Potensi ini perlu terus dikembangkan, bersinergi dengan semua pemangku kepentingan di dalam negeri, dan kolaborasi internasional yang saling menguntungkan untuk ke depannya,” kata Dedy.