Riset: Destinasi Wisata Domestik Masih Jadi Opsi Liburan Akhir Tahun
Pesawat paling banyak dipilih sebagai transportasi liburan.
Jakarta, FORTUNE – Lembaga Riset Populix merilis hasil penelitiannya terkait sektor pariwisata. Riset menunjukkan, Destinasi Wisata domestik masih jadi tujuan utama bagi wisatawan Nusantara (wisnus) untuk berlibur di akhir tahun ini.
Co-Founder and COO Populix, Eileen Kamtawijoyo,mengatakan mayoritas responden memilih Bali, Bandung, dan Yogyakarta sebagai destinasi wisata akhir tahun, yang puncaknya diperkirakan akan jatuh pada minggu terakhir bulan Desember.
“Tingginya minat wisatawan untuk mengunjungi destinasi-destinasi dalam negeri ini tentunya berpotensi meningkatkan perekonomian di kota-kota tersebut,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Rabu (27/12).
Dari 1.058 responden, sebanyak 67 persen menyatakan berencana melakukan perjalanan Liburan pada akhir tahun ini. Dari jumlah ini, sebanyak 28 persen memilih melakukan perjalanan wisata ke Bali atau Yogyakarta. Sementara, 26 persen responden memilih mengunjungi Bandung.
“Hal ini harus dipersiapkan dengan baik oleh pemilik usaha lokal maupun pemerintah daerah dalam mempersiapkan lonjakan wisatawan pada akhir tahun, terlebih di tengah meningkatnya kasus Covid-19 beberapa minggu terakhir,” kata Eileen.
Sedangkan, untuk destinasi mancanegara, 22 persen dari wisnus yang merencanakan libur akhir tahun, memilih Jepang sebagai negara tujuan, diikuti oleh Singapura yang dipilih 18 persen responden, Korea Selatan 14 persen, Malaysia 11 persen, dan Thailand dipilih oleh 10 persen.
Upaya menambah pesawat dan penerbangan
Terkait pilihan moda transportasi yang digunakan untuk liburan akhir tahun, pesawat terbang masih jadi pilihan favorit dengan 39 persen responden memilih angkutan ini. Moda transportasi berikutnya yang jadi pilihan, secara berturutan adalah mobil pribadi (32 persen), kereta api (23 persen), motor pribadi (22 persen), dan sisanya memilih moda transportasi lainnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kaparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan harga tiket penerbangan domestik saat ini di tengah tingginya masyarakat terhadap pilihan destinasi wisata dalam negeri menjaadi salah satu tantangan.
"Kami ingin mendorong penambahan jumlah pesawat dan penerbangan. Karena saat sebelum pandemi, jumlah pesawat yang beroperasi di atas 700, dan sekarang hanya 400,” ujarnya seperti dikutip di laman resmi Kemenparekraf.
Menurutnya, defisit jumlah pesawat terbang yang beroperasi ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan harga tiket pesawat melambung tinggi. Oleh karena itu, Kemenparekraf saat ini terus berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN (Badan Usaha Milik Negara) untuk meningkatkan jumlah ketersediaan pesawat terbang, menambah jumlah penerbangan, serta membuka rute-rute penerbangan domestik yang baru untuk meningkatkan pariwisata dalam negeri.
"Sekarang saatnya kita bangkit bersama-sama dengan mendorong lebih banyak (rute) penerbangan dan pesawat sehingga harga tiket jadi lebih terjangkau, maskapainya bisa mendapatkan keuntungan dan wisatawan bisa mendapatkan tiket dengan harga yang lebih terjangkau," kata Sandiaga.
Kinerja sektor pariwisata
Sementara terkait pencapaian sektor pariwisata Sandiaga mengatakan, ejumlah target telah tercapai. Khusus jumlah pergerakan wisnus, pergerakannya telah mencapai 688,78 juta perjalanan hingga Oktober 2023, melampui pergerakan di tahun 2019 atau masa sebelum pandemi.
Di sisi lain, nilai devisa pariwisata hingga September 2023 tercatat telah mecnapai US$10,46 miliar atau sekitar Rp161,14 triliun (kurs Rp15.405,69 per dolar AS) dengan kontribusi PDB pariwisata diperkirakan mencapai angka 3,8 persen.
Berikutnya, nilai tambah ekraf sebesar Rp1.050 triliun, dan nilai ekspor ekraf sebesar US$17,38 miliar atau Rp266,20 triliun. Sedangkan, untuk jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sudah mencapai 9,5 juta per Oktober 2023–melampaui target 2023 yang mencapai 8,5 juta pergerakan wisman.
Dengan pencapaian positif di sektor pariwisata ini berdampak pada masyarakat yang bisa mendapatkan lapangan pekerjaan. Tercatat jumlah tenaga kerja pariwisata hampir 22 juta dan jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif sebesar 24,3 juta.
“Adanya irisan lapangan usaha pariwisata dan ekonomi kreatif maka jumlahnya sudah 38 juta rakyat Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,” katanya.