Jika ke Seoul, Coba Mampir ke Taman Yangjaecheon di Gangnam
Pemandangan alami berpadu dengan kota yang dinamis.
Jakarta, FORTUNE - Seoul adalah sarang sekumpulan raksasa bisnis. Sejumlah perusahaan lokal berskala global yang masuk daftar Fortune 500 berkantor pusat di sana, yakni organisasi pilih tanding semacam Samsung Electronics, Hyundai Motor, LG Electronics, hingga Posco Holdings, untuk menyebut beberapa entitas.
Namun, ibu kota Korea Selatan itu juga merupakan surga bagi hal-hal kecil. Jajanan serbaneka di kawasan Myeongdong atau gang-gang sempit yang kadang berisi butik trendi serta kafe dan restoran ciamik tidak bisa dilupakan begitu saja.
Seoul selalu berkejaran dengan gelombang hal baru. Dinamika kota itu begitu tinggi sehingga lazim saja jika Anda mendengar orang berkata, “tahun ini mungkin Anda lihat ini, tapi tahun depan mungkin saja sudah berbeda.”
Tetapi, kota yang usianya sekitar 2.000 tahun itu pun menampik hal-hal lama untuk sepenuhnya raib dari lanskapnya. Mogyoktang atau rumah mandi untuk umum, yang mengawetkan tradisi mandi bareng berabad-abad, masih lazim dijumpai. Kawasan lama Itaewon masih hidup dan berdegup hingga hari ini. Rumah bergaya arsitektur tradisional era dinasti Joseon masih bisa dijumpai di kawasan Bukchon, Seochon, atau Ikseondong. Istana Gyeongbok yang mahaluas itu pun teguh berdiri di pusat kota.
Para turis asing di kota itu, yang pada periode sebelum pandemi mencapai lebih dari 13 juta orang, pasti akan kelelahan untuk coba mengeksplorasi empat megamall ini: Starfield Hanam, Lotte World Mall, COEX Mall, dan Times Square Mall. Namun, Seoul bukan melulu beton. Anda yang mencari area hijau takkan kehabisan pilihan. Ada lebih dari 40 taman di kota tersebut, yang semuanya bersih dan rapi, dan mudah dijangkau. Beberapa di antara yang terkenal adalah Taman Yeouido, Naksan, World Cup, Hutan Seoul, serta Yongsan.
Fortune Indonesia sempat mendatangi sebuah taman lingkungan di area Gangnam, tepatnya di distrik Seocho, yang kesohor sebagai salah satu tempat termahal di Korea Selatan dan dihuni banyak orang superkaya pada 17 November lalu. Jarak dari titik sentral Gangnam ke taman itu sekitar 4 km. Namun, karena Seoul dirancang untuk ramah pejalan kaki, maka perjalanan dengan jarak sedemikian tidak terasa menantang–apalagi jika udara sedang dingin, seperti biasa terjadi pada November.
Sungai Yangjaecheon membelah taman itu, dan di kanan-kiri sungai yang memiliki ketinggian berbeda-beda, pemerintah setempat menggelar jalan setapak kuat yang bisa digunakan oleh pesepeda, pelari, maupun pengunjung yang ingin sekadar jalan santai. Sepanjang aliran air yang jernih itu juga terdapat titik-titik dengan sarana olahraga. Berbagai macam bunga menyumbang warna.
Warga setempat percaya Yangjaecheon berasal dari naga. Dulu, ada sebuah gunung bernama Guryongsan, yang memiliki sembilan lembah, sembilan puncak, dan sembilan mata air. Puncak tertinggi Guryongsan bernama Guksoobong. Artinya, puncak gunung yang melindungi negeri.
Gunung itu mulanya memiliki 10 lembah, yang masing-masingnya didiami seekor naga. Semua naga itu mesti naik ke langit. Namun, ada satu naga terlambat, dan dia dipergoki oleh seorang manusia. Akibatnya, dia dihukum, dan harus menjadi aliran sungai untuk sumber minum dan pengairan sawah. Sungai itu membuat hidup orang-orang di sekitarnya berubah menjadi lebih makmur dan lebih bahagia. Itulah sebabnya sungai itu dinamai Yangjaecheon, yang artinya sekelompok orang berbakat.
Konon ada satu ruas di kawasan taman itu yang dinamai Jalan Para Kekasih. Suasana yang sejuk karena dinaungi pepohonan, serta ketenangannya mungkin bikin acara pacaran tambah asoi. Sudah begitu, di dekatnya, terdapat banyak kafe dengan suasana hangat yang dapat menjadi pilihan untuk kian memperkuat keintiman.
Pada musim semi, warga setempat berbondong-bondong ke daerah ini untuk menikmati mekarnya bunga sakura. Karena bukan lokasi populer untuk para turis, maka acara untuk menikmati sakura dapat dilakukan dengan khusyuk sekaligus penuh keriangan.