NEWS

Burger King Kesulitan Tutup 800 Gerai di Rusia, Ada Apa?

Proses hukum dan perjanjian waralaba berbelit-belit.

Burger King Kesulitan Tutup 800 Gerai di Rusia, Ada Apa?Ilustrasi beef burger. Shutterstock/Fierman Much
21 March 2022

Rusia, FORTUNE - Banyak perusahaan Barat telah menutup atau menangguhkan bisnis Rusia mereka. Namun, pemilik Burger King tak bis abegitu saja angkat kaki lantaran operator 800 gerai di Rusia telah "menolak" untuk tutup, meski ada tuntutan untuk menangguhkan perdagangan. Restaurant Brands International (RBI) mengungkapkan telah menghubungi mitra lokalnya, Alexander Kolobov, untuk menutup toko setelah invasi Rusia ke Ukraina.

“Kami sudah memulai proses pelepasan saham kami dari bisnis ini. Meskipun kami ingin melakukannya segera, terlihat jelas bahwa proses itu akan memakan waktu untuk melakukannya berdasarkan ketentuan perjanjian usaha patungan kami yang ada,"ujar David Shear, presiden operasi internasional RBI, induk jaringan perusahaan Burger King dalam sebuah surat terbuka, Dikutip dari Reuters, Senin (21/3),

Dalam perjanjian itu, RBI hanya mengendalikan 15 persen dari bisnis Burger King Rusia, sedangkan Kolobov bertanggung jawab atas pengoperasian sehari-hari toko-toko. Shear mengatakan bahwa RBI telah mendorong agar mitra lokal segera menutup Burger Kings, tetapi Kolobov menolak. Lain halnya dengan McDonald's yang memiliki lebih dari 80 persen dari restorannya di Rusia, sehingga lebih mudah untuk mereka menutup toko-tokonya dan keluar dari negara tersebut.

Proses hukum dan perjanjian waralaba

Dia mengatakan, untuk membuat perubahan apa pun pada bisnis Burger King lokalnya,  "pada akhirnya akan membutuhkan dukungan dari otoritas Rusia di lapangan dan kami tahu itu praktis tidak akan terjadi dalam waktu dekat".

Burger King memasuki Rusia hampir satu dekade lalu dan mulai mengoperasikan usaha patungan dengan Kolobov serta Investment Capital Ukraina dan VTB Capital, sebuah bank Rusia yang terpukul oleh sanksi.

VTB Capital adalah afiliasi dari VTB Bank, lembaga keuangan terbesar kedua di Rusia yang telah disetujui oleh AS, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya. Shear menjelaskan Restaurant Brands memiliki saham minoritas sebesar 15 persen di perusahaan patungan Rusia yang sedang dalam proses pelepasan.

"Meskipun kami ingin menindak ini segera, jelas bahwa itu akan memakan waktu untuk melakukannya berdasarkan ketentuan perjanjian usaha patungan kami yang ada," katanya.

Sementara, Restaurant Brands telah berhenti mendukung rantai pasokan, operasi, dan pemasaran untuk Rusia. Ini juga akan menolak penawaran baru untuk investasi dan ekspansi di Rusia.

Sebagai informasi, pekan lalu induk perusahaan Burger King mengatakan bahwa mereka telah menghentikan semua dukungan perusahaannya di Rusia. Otomatis aktivitas operasional, pemasaran, dan rantai pasokan tidak berjalan baik.

Menghentikan ekspansi bisnis

Perusahaan tersebut juga menghentikan investasi dan ekspansi Rusia. Meski begitu, tidak berarti restoran Burger King akan tutup total. Pasalnya, sekitar 800 cabang di sana sepenuhnya dikelola oleh pemegang waralaba utama lokal.

"Burger King Rusia adalah bisnis mandiri yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemegang waralaba kami di negara ini. Kami memiliki perjanjian hukum yang tidak mudah diubah," kata RBI dalam sebuah pernyataan kepada CNN Business.

Burger King sendiri berkomitmen untuk mengalihkan keuntungan dari operasi waralaba untuk membantu para pengungsi di Ukraina.

Sebagaimana diketahui, perusahaan-perusahaan Barat berada di bawah tekanan untuk menarik diri dari Rusia menyusul serangannya ke Ukraina pada Kamis, (17/3). Namun,  perjanjian waralaba yang rumit telah mencegah beberapa merek Barat menutup toko mereka di Rusia. Namun, mereka secara terbuka menghindari negara itu karena invasinya ke Ukraina.

Selain Burger King, toko Marks & Spencer dioperasikan oleh perusahaan Turki bernama FiBA, yang telah memegang hak untuk menjual produk pengecer di seluruh Eropa Timur, sejak 1999. M&S mengatakan telah menangguhkan pengiriman barangnya ke FiBA yang menjalankan 48 toko di Rusia.

Melansir dari BBC pada Senin (21/1), empat anggota parlemen Ukraina menyebut kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bahwa M&S masih terbuka di Rusia.

Anggota parlemen Alona Shkrum menyebut, "Sangat penting untuk menempatkan Putin dalam isolasi dan baginya untuk mengetahui bahwa dia tidak akan kesepakatan dari dunia, dia tidak akan mendapatkan kesepakatan dari bisnis, tidak akan ada dukungan untuknya karena dia telah membunuh anak-anak di Ukraina."

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.