Industri Daur Ulang Indonesia-Singapura Teken Investasi Rp200 M
Daur ulang kemasan plastik berbahan PET.
Jakarta, FORTUNE - Industri daur ulang Indonesia menandatangani nota kesepakatan (MoU) investasi senilai Rp 200 miliar dengan investor Singapura di ajang Hannover Messe 2023. Kerja sama antara perusahaan kedua negara terkait dengan daur ulang kemasan plastik berbahan polietilena ereftalat (PET).
Melansir Antara, MoU diteken oleh dua perusahaan asal Indonesia, yaitu PT Daur Ulang Gemilang dan PT Bumi Lancar, sementara dari Singapura, yakni Indus Venture Ea Ltd.
“Pabriknya baru selesai dibangun dengan kapasitas produksi 25.000 ton di Jombang, Jawa Timur. Ini menggunakan teknologi dari Jerman,” kata Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi Lukman, di ajang Hannover Messe 2023, Hannover, Jerman, Minggu, (16/4).
Hannover Messe 2023 yang akan diselenggarakan pada tanggal 17-21 April 2023, di Hannover Fairgrounds, Jerman. Indonesia merupakan negara ASEAN pertama yang menjadi negara mitra resmi di Hannover Messe dan dipercaya untuk ketiga kalinya.
Sebanyak 157 co-exhibitor akan berpartisipasi di Paviliun Indonesia di Hannover Messe Fairground yang terdiri dari pelaku usaha, pelaku industri, dan asosiasi, serta akan dipamerkan juga mengenai konsep pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus dan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Gelaran bergengsi tersebut juga menjadi momentum penting bagi Indonesia menjajaki 13 potensi kerja sama. Berbagai kerja sama mencakup bidang digitalisasi, pengembangan dan pembangunan industri penyortiran pangan berbasis sensor dan kecerdasan buatan, teknologi pengolahan limbah, energi panel surya, serta investasi di bidang alat kesehatan.
Suplai sampah plastik dari Indonesia
Lebih lanjut, Adhi menyampaikan bahwa industri daur ulang Indonesia akan menyuplai sampah plastik yang akan didaur ulang di pabrik tersebut untuk menghasilkan produk kemasan yang dapat digunakan kembali oleh industri makanan dan minuman di Indonesia.
“Produknya nanti dapat digunakan untuk mengemas makanan dan minuman, karena food grade atau aman kontak langsung dengan makanan,” katanya.
Ketua Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (Adupi), Christine Halim, mengatakan bahwa teknologi dari Jerman yang digunakan dapat mengonversi bahan baku daur ulang plastik untuk mampu memproduksi kemasan food grade.
Dengan demikian, produk akhir yang diproduksi aman digunakan oleh industri makanan dan minuman di dalam negeri.
“Salah satu mitra kami sudah menggunakan kemasan yang dihasilkan. Ada beberapa perusahaan lokal yang akan memakai, karena sudah ada peraturannya untuk mengurangi sampah plastik,” kata Christine.
Adapun beleid yang dimaksud, yakni Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P75/MENLHK/SETJEN/KUM1/10/2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah Oleh Produsen.