Jakarta, FORTUNE - Amazon akan mewajibkan karyawan untuk kembali bekerja di kantor selama lima hari seminggu mulai 2025. Hal itu sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk mengembalikan tenaga kerja korporatnya ke kantor selama lima hari dalam seminggu.
Sayangnya, Amazon memperketat izin bekerja dari rumah bagi karyawan difabel. kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan karyawan yang terdampak. Demikian dilaporkan Fortune.com.
Baru-baru ini, Amazon memberi tahu karyawan difabel bahwa mereka menerapkan proses peninjauan yang lebih ketat untuk permintaan baru dan perpanjangan izin bekerja dari rumah. Karyawan yang terdampak harus menjalani "tinjauan multi-level oleh pemimpin" dan bahkan mungkin diharuskan kembali ke kantor selama sebulan untuk mengevaluasi apakah akomodasi di kantor sesuai dengan kebutuhan mereka.
CEO Andy Jassy menyatakan bahwa kebijakan kembali ke kantor bertujuan untuk memperkuat budaya perusahaan yang dinilai melemah sejak pandemi. Namun, beberapa karyawan menilai kebijakan tersebut hanya menambah beban birokrasi yang kontradiktif dengan keinginan Jassy untuk memangkas prosedur yang dinilainya menghambat Amazon.
Budaya perusahaan yang dipaksakan
Kebijakan baru ini dianggap sebagian pekerja sebagai cara untuk membuat orang berhenti dan mengurangi jumlah tenaga kerja. Amazon membantah tuduhan ini. “Kami memahami bahwa ini akan menjadi sebuah transisi, dan kami bekerja dengan karyawan kami untuk mempermudahnya,” kata juru bicara Amazon, Margaret Callahan.
Dia menambahkan, “Kami tetap yakin bahwa keuntungan bekerja bersama di kantor sangat besar. Ketika akomodasi secara langsung dibutuhkan, kami akan menyediakannya, dan dalam beberapa kasus, menawarkan pengecualian untuk bekerja dari kantor.” Namun, Callahan enggan mengungkapkan jumlah permintaan yang telah disetujui.
Menurut Undang-Undang Penyandang Disabilitas Amerika, pemberi kerja harus menyediakan akomodasi yang wajar bagi karyawan difabel, tapi tidak ada aturan baku yang mengharuskan pekerjaan dapat dilakukan dari jarak jauh. Hal ini memberi Amazon kewenangan untuk memanggil karyawan kembali ke kantor, meski mereka berhasil bekerja dari rumah selama pandemi.
Karyawan yang terdampak melaporkan bahwa mereka menerima panggilan dari konsultan akomodasi yang menjelaskan proses peninjauan baru ini. Jika konsultan menyetujui bahwa karyawan harus diizinkan bekerja dari rumah, keputusan tersebut masih harus mendapat persetujuan dari dua manajer lainnya. Beberapa karyawan merasa proses ini rumit dan memakan waktu, mengakibatkan permohonan izin mereka terkatung-katung.
“Kami khawatir proses ini dirancang agar permintaan cenderung tidak disetujui,” kata salah satu karyawan anonim yang mengajukan permohonan izin bekerja dari rumah. Dalam ruang obrolan internal, beberapa karyawan bahkan menuduh Jassy munafik karena prosedur ini dinilai bertentangan dengan niatnya mengurangi birokrasi di perusahaan.
Menurut Ariel Simms, Presiden dan CEO Disability Belongs, kebijakan baru Amazon ini dapat menjadi preseden buruk bagi perusahaan lain. “Beberapa karyawan hanya akan meninggalkan pekerjaan mereka jika proses akomodasi terlalu sulit untuk diikuti,” ujarnya. Pekerja yang ditolak izinnya dapat mengajukan keluhan diskriminasi ke National Disability Rights Network.