Kolaborasi AstraZeneca dan Kemenko Marves Melawan Perubahan Iklim
AstraZeneca menginvestasikan US$400 juta untuk AZ Forest.
Jakarta, FORTUNE - AstraZeneca Indonesia dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bekerja sama menggelar program pendidikan bertajuk "Akselerasi Transisi Menuju Nol Emisi untuk Sektor Kesehatan yang Berkelanjutan".
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang mendesak dan menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi manusia dan bumi.
Saat ini, masyarakat menghadapi dua krisis alam yang mendesak. Perubahan iklim dan kepunahan keanekaragaman hayati merusak planet dan membahayakan kesehatan manusia.
Emisi global yang berasal dari aktivitas manusia merupakan kontributor utama terhadap peningkatan suhu bumi jangka panjang dan perubahan pola cuaca di seluruh dunia. Sementara itu, aktivitas manusia juga mengancam keanekaragaman hayati melalui penangkapan ikan yang berlebihan dan deforestasi.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Marves, Nani Hendiarti, mengatakan untuk mengatasi perubahan iklim bukan hanya tanggung jawab pemerintah.
“Tapi juga membutuhkan dukungan kuat dan peran aktif dari berbagai pihak termasuk lembaga non-pemerintah, masyarakat, lembaga usaha, akademisi, dan media,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (17/7).
Investasi US$400 juta untuk penghijauan
Menyikapi permasalahan ini, AstraZeneca menyadari hubungan yang erat antara kesehatan manusia dan kesehatan bumi. Dampak negatif perubahan iklim sudah mulai terasa, mempengaruhi pasokan pangan, kualitas dan ketersediaan air, serta menyebabkan kebakaran hutan, kenaikan permukaan air laut, banjir, pencairan es di kutub, badai besar, dan mempercepat laju kepunahan keanekaragaman hayati.
Presiden Direktur PT AstraZeneca Indonesia, Sewhan Chon, mengatakan pihaknya menghargai komitmen pemerintah dalam upaya mengurangi emisi dan memulihkan alam, serta kemitraan kolaboratif dengan AstraZeneca untuk mencapai tujuan yang dicanangkan dalam Persetujuan Paris dalam mengurangi emisi GRK di Indonesia.
"Kami mengusung misi yang sama dengan pemerintah dan berkomitmen untuk berperan serta dalam mendorong transisi menuju emisi nol, dengan mengambil tindakan melalui program Ambition Zero (AZ) Carbon," kata Sewhan di Jakarta, Senin (17/7).
Melalui AZ Forest, AstraZeneca juga berkomitmen menginvestasikan US$400 juta untuk menanam dan memelihara 200 juta pohon di seluruh dunia hingga tahun 2030, menggandakan komitmen kami pada tahun 2020 sebesar 50 juta pohon hingga akhir tahun 2025 sebanyak empat kali lipat.
Diluncurkan pada tahun 2020, AZ Forest merupakan bagian dari program strategi keberlanjutan Ambition Zero Carbon AstraZeneca, yang berfokus pada dekarbonisasi secara luas sesuai dengan tujuan
Persetujuan Paris untuk membatasi pemanasan global maksimal 1,5°C.3 AstraZeneca mengadopsi
pendekatan berbasis ilmiah untuk menghilangkan, mengurangi, atau menggantikan emisi GRK di seluruh rantai bisnis perusahaan dan menghapus residu emisi dari atmosfer mulai tahun 2030 melalui AZ Forest.
AZ Forest diharapkan dapat menyerap 30 juta ton karbon dioksida dari atmosfer dalam kurun waktu sekitar 30 tahun.
Head of Corporate Affairs AstraZeneca Indonesia, Hoerry Satrio, menambahkan melalui AZ Forest, pihaknya bekerja dengan komunitas lokal dan pakar ekologi dalam upaya penghijauan skala besar, pelestarian keanekaragaman hayati dan mendukung mata pencaharian yang berkelanjutan.
Sejak awal kemitraan, program AZ Forest telah menanam lebih dari 4 juta pohon di Indonesia dan memberikan dampak pada sekitar 20.000 keluarga petani pada 240 desa di Jawa Barat.
"Kami mengapresiasi program Ambition Zero Carbon AstraZeneca dan kemitraan yang erat dalam upaya penghijauan dan perlindungan keanekaragaman hayati dengan menanam dan menjaga 20 juta pohon hingga akhir tahun 2025 di Indonesia, sembari mendorong ekonomi pertanian yang berkelanjutan yang mendukung mata pencaharian ribuan petani Indonesia," tambah Nani.
Mulai dari peran individu
Pada kesempatan yang sama, I Gusti Ayu Andani, Dosen Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Institut Teknologi Bandung, menekankan peran yang dapat dimainkan oleh setiap individu dalam mengurangi dampak lingkungan pada bumi.
"Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendidik diri sendiri dan orang-orang di sekitar Anda agar setiap individu memiliki pemahaman yang lebih baik tentang emisi GRK yang kita hasilkan setiap hari dan bagaimana emisi ini merusak bumi kita dan membahayakan kesehatan manusia,” ujar Andani.
Selain itu, setiap orang perlu mengambil tindakan untuk mengurangi jejak emisi dengan memulai langkah nyata. Dia mencontohkan, ada banyak langkah kecil yang dapat diambil seseorang untuk mulai mengurangi jejak emisi GRK mereka, seperti daur ulang, memilih produk yang dapat digunakan kembali atau membeli produk ramah lingkungan, beralih ke kendaraan listrik, bersepeda, berjalan kaki, atau menggunakan transportasi umum.