Jakarta, FORTUNE - Ernst & Young (EY) bersiap untuk mengurangi jumlah karyawan di Inggris dan telah memberitahu timnya untuk mengantisipasi pengurangan gaji dan bonus sebagai dampak sulitnya ekonomi. Opsi pemangkasan dilakukan dengan alasan peningkatan biaya ketika lonjakan layanan profesional pasca pandemi mereda.
Melansir Business Plus, perusahaan Big Four ini mengatakan akan memangkas sekitar 150 pekerjaan di dua tim dalam praktik konsultasi jasa keuangannya. Langkah ini diprediksi akan berimbas kepada 2.300 orang pekerja.
Padahal sebelumnya, pada April 2023 EY mengumunkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 3.000 karyawan di Amerika Serikat. Opsi PHK itu dilakukan dengan alasan “kelebihan kapasitas” di beberapa bagian perusahaan.
Berdampak pada gaji dan bonus karyawan
Pemangkasan 150 pekerjaan di Inggris juga berdampak pada para pekerja. Mereka diperkirakan akan menerima kenaikan gaji dan bonus yang lebih kecil. Sedangkan mitra yang memiliki dan menjalankan usaha akan mendapat bayaran dari keuntungan tahun tersebut.
Mitra-mitranya di Inggris dibayar rata-rata £803,000 untuk tahun ini hingga Juni 2022, tertinggi sepanjang masa, sementara bonus staf melonjak menjadi £110 juta.
Juru bicara EY mengatakan, "EY terus menunjukkan kinerja yang kuat, dengan pertumbuhan dua digit di Inggris, dan sebagian besar masyarakat kami akan menerima kenaikan gaji tahunan dan pembayaran bonus variabel tahun ini."
Dia mengatakan pihaknya harus menyelaraskan kebutuhan sumber daya saat ini dengan permintaan pasar dan beberapa staf harus menjalani proses konsultasi redundansi. Meskipun terus dihadapi ketidakpastian hingga berdampak pada badai PHK, EY minggu ini menolak rencana TPG Capital untuk membubarkan perusahaan Big Four dan mengambil saham di bisnis konsultasi EY.
Tak hanya Ernst & Young, PricewaterhouseCoopers (PaC) menghadapi situasi serupa dan mengatakan stafnya harus menghadapi kemungkinan kenaikan gaji dan bonus yang lebih kecil karena kondisi pasar yang “menantang”.