UEA Lirik Investasi Sejumlah Proyek di Ibu Kota Baru
Realisasi investasi per September 2021 mencapai Rp659,4 T
Jakarta, FORTUNE - Kunjungan pemerintah ke Uni Emirat Arab (UEA) dan pertemuan dengan sejumlah investor asal UEA di perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia COP 26 di Glasgow, Skotlandia berbuah manis.
Indonesia mengantongi komitmen investasi senilai US$44,6 miliar atau setara dengan Rp637 triliun (kurs Rp14.300 per dolar AS) dari Uni Emirat Arab yang targetnya akan direalisasikan bertahap. Dari jumlah itu, US$18 miliar atau Rp256,9 triliun akan diinvestasikan ke Lembaga Pengelola Investasi, Indonesia Investment Authority (INA).
Realisasi investasi bertahap
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, mengatakan rencana investasi itu dilakukan bertahap untuk rentang 2021–2024. Pemerintah menargetkan setidaknya US$8 miliar atau Rp114,19 triliun sudah dapat direalisasikan tahun depan.
”Tidak ada artinya kalau hanya komitmen, tapi tidak diimplementasikan. Kami rencanakan ini sampai tahun 2023 atau paling lambat 2024 semua sudah direalisasikan,” ujarnya
Untuk mengawal investasi dari UEA, Bahlil mengatakan pemerintah akan lebih proaktif dan menerapkan strategi ”jemput bola”.
”Pemerintah akan mendatangi dan seluruh perizinannya akan diurus. Urusan mereka (investor) tinggal membawa teknologi, modal, dan pasar. Kita tidak bisa lagi berpikir di belakang meja, sekarang polanya menjemput bola,” katanya dalam konferensi pers daring, dikutip Jumat (12/11).
Lirik investasi di ibu kota baru
Investasi dari UEA rencananya ada yang diarahkan untuk pembangunan ibu kota negara baru. Dari total komitmen Rp637 triliun itu, sebanyak Rp256,9 triliun diinvestasikan di INA. Sebanyak Rp114,19 triliun atau US$8 miliar sudah jelas peruntukannya, sementara Rp142,67 triliun atau US$10 miliar sisanya masih bersifat tentatif untuk dimasukkan ke proyek pembangunan ibu kota.
”Angkanya berapa belum disepakati, saat ini komunikasi masih berlangsung intens. Tetapi, dari total komitmen itu, yang mungkin masuk ke proyek ibu kota negara baru adalah 10 miliar dollar AS itu,” kata Bahlil.
Bahlil mengungkapkan sejumlah proyek yang disasar oleh Uni Emirat Arab (UEA) untuk pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur. Secara umum ada sejumlah proyek, seperti beberapa fasilitas gedung, IT (teknologi informasi) hingga pembangunan sejumlah industri hijau.
"Sekarang tim kami sedang mapping secara detail. Nanti sore kita rapat lagi dengan Pak Luhut dan tim dari UEA untuk meng-exercise lagi mana bagian-bagian yang mereka minati. Tetapi secara umum, pertama adalah beberapa fasilitas gedung mereka mau, IT juga mereka mau, kemudian beberapa kawasan industri hijau. Ini secara umum," ucapnya.
Bahlil sendiri berjanji akan memberikan informasi soal rincian proyek yang diminati UEA dalam dua hingga tiga minggu ke depan.
Investasi di sektor lainnya
Beberapa sektor lain yang juga dilirik adalah hilirisasi tambang yang bernilai tambah. Misalnya, proyek hilirisasi batubara menjadi dimethyl ether (DME), metanol, dan produk olahan lainnya untuk menggantikan elpiji yang selama ini masih bergantung pada impor.
Komitmen investasi untuk proyek hilirisasi ini senilai US$13 miliar–US$15 miliar atau berkisar Rp185 triliun–Rp213 triliun dari Air Products and Chemicals Inc (APCI) serta akan bekerja sama dengan beberapa perusahaan swasta nasional dan badan usaha milik negara.
Selain itu, ada pula komitmen investasi di industri kesehatan untuk memproduksi obat Covid-19 dan obat-obatan lain serta investasi di sektor infrastruktur dalam bentuk pengembangan pelabuhan melalui kerja sama dengan PT Pelindo (Persero).
Sampai September 2021, realisasi investasi di Indonesia mencapai 73,3 persen atau Rp659,4 triliun dari target tahun 2021 senilai Rp900 triliun. Pemerintah masih harus mengejar sisa target investasi senilai Rp240,6 triliun lagi pada triwulan IV-2021 ini. Untuk 2022, pemerintah menargetkan realisasi investasi yang lebih ambisius, yakni Rp1.200 triliun.