Alasan Beras Mahal, Bapanas: Stok Menurun Sejak 6 Bulan Lalu
Data proyeksi produksi dalam negeri kerap meleset.
Jakarta, FORTUNE - Kepala Badan Pangan Nasional (NFA), Arief Prasetyo Adi, mengakui masih tingginya harga beras. Penyebabnya adalah turunnya pasokan dan produksi beras di dalam negeri dalam 6 bulan terakhir.
Pada "Agustus, September, Oktober, November, Desember, Januari itu kita memang produksi di bawah setara beras di bawah 2,53 juta ton," kata dia di hadapan Komisi IV DPR RI, Senin (3/4).
Penurunan produksi itu diprediksi akan berlangsung hingga April. Arief menyampaikan proyeksi produksi beras kerap mengalami koreksi hingga ratusan ribu ton. Hal ini tentu berpengaruh pada pengambilan kebijakan dalam hal pangan.
"Setelah Februari ada koreksi sekitar 820 ribu ton, sehingga surplusnya 320 ribu ton. Dan kalau kita jumlahkan [produksi] Januari sampai April 2023 itu sekitar 13,37 [juta ton], terkoreksi 420.000 ton," ujarnya.
Realisasi penyerapan beras Perum Bulog
Arief juga mengungkapkan sisa cadangan beras pemerintah atau CBP dan beras komersial di gudang Perum Bulog per 31 Maret 2023 mencapai 245.233 ton, yang 95,29 persen di antaranya atau 233.661 ton merupakan stok CBP dan 4,71 persen atau 11.561 ton stok komersial.
Realisasi pengadaan setara beras dalam negeri tahun ini, sampai dengan 31 Maret 2023, adalah 86.813 ton yang terdiri dari pengadaan CBP 47.535 ton dan komersial 39.279 ton. Padahal, dalam setahun ini pemerintah menargetkan Bulog dapat menguasai 2,4 juta ton beras, sehingga stok pemerintah akhir tahun 2023 bisa mencapai 1,2 juta ton.
Perum Bulog mengaku telah berupaya meningkatkan pengadaan beras dalam negeri, di antaranya dengan melakukan komitmen pengadaan dengan penggiling atau mitra. Dari komitmen tersebut, telah diperoleh pengadaan 60.000 ton hingga Mei 2023.
“Mitra penggilingan belum bersedia memberikan dalam jumlah besar karena bahan baku masih terbatas dan di atas HPP (harga pembelian pemerintah)," kata Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, pada kesempatan yang sama.
Impor 2 juta ton beras
Demi menggenjot pengadaan stok CBP, Perum Bulog telah mendapatkan restu untuk mengimpor 2 juta ton beras. Dia mengatakan tengah melakukan penjajakan ke beberapa negara.
“[Kami] Bulog hanya menyimpan dan menyalurkan sesuai perintah,” ujarnya.
Buwas mengatakan impor tidak hanya ditujukan untuk mencari keuntungan bagi Bulog, kendati ada selisih dibandingkan dengan harga pasar. Tapi, hal ini semata untuk memenuhi stok CBP.
“Kami hanya berpikir CBP itu penting, karena prediksi La Nina dan Pemilu stok pangan harus kuat. [Kami] terus berupaya untuk menyerap produksi dalam negeri. [Kami] terus memonitor produksi di seluruh Indonesia,” katanya.