Jokowi Sebar Bantuan Gagal Panen Rp122 Juta Sampai Rp200 Juta
Jokowi ingin para petani memulai masa tanam padinya.
Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyerahkan bantuan kepada Petani gagal panen di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (23/1). Besaran bantuan pemerintah tersebut mencapai Rp122 juta hingga Rp200 juta per kelompok tani.
“Semoga waktu yang sangat dekat dan uangnya bisa diterima petani, dan bisa dipakai untuk [menanam], dan segera panen,” kata Jokowi yang disiarkan secara virtual, Selasa (23/1).
Alasan pemberian bantuan ini, kata Jokowi, adalah karena banyak petani yang mengalami gagal panen akibat El Nino, banjir, dan juga kekeringan berkepanjangan.
Dengan bantuan tersebut, Jokowi berharap petani dapat memulai musim tanam padinya.
“Kalau sudah panen, kita tidak usah banyak impor ke negara lain. Karena mereka sedang ngerem untuk jual berasnya,” ujarnya. “Uang ini untuk biaya produksi. Moga-moga dalam 3-4 bulan bisa panen, dan produktivitas bisa dinaikkan."
Dalam penyerahan ini, Jokowi menyebut penerima hari ini adalah petani untuk wiayah Kabupaten Grobongan, Kudus, Jepara, Demak dan Pati. Ia menyebut wilayah terdampak di Jawa Tengah sekitar 16.000 hektare. Bantuan yang diberikan juga sudah dihitung Rp8 juta per hektare.
"Ini bukan hanya negara kita saja, negara-negara lain juga kena masalah yang sama, terkena hal yang sama. Ada yang kekeringan yang panjang, ada juga yang kebanjiran. Itulah perubahan iklim yang semakin nyata kita lihat," kata Jokowi.
Defisit produksi beras awal 2024
Target produksi beras pada 2024 mencapai 35 juta ton. Target tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan target tahun lalu yang mencapai 31 juta ton.
Pemerintah memprediksi produksi padi pada Januari–Februari 2024 mengalami defisit dari total kebutuhan 2,5 juta ton per bulan. Berdasarkan kerangka sampel area BPS, defisit beras pada Januari 2024 diperkirakan mencapai 1,61 juta ton dan pada Februari 2024 mencapai 1,22 juta ton. Hal ini disebabkan oleh adanya keterlambatan pada musim tanam padi.
Untuk menutup defisit, pemerintah tidak mau mengambil risiko sehingga memutuskan mengimpor beras sebanyak 2 juta ton pada tahun ini secara bertahap.