NEWS

Kabinet Gemuk Prabowo, CSIS: Koordinasi-Fiskal Bakal Jadi Tantangan

Kabinet Merah Putih itu beranggotakan total 109 orang.

Kabinet Gemuk Prabowo, CSIS: Koordinasi-Fiskal Bakal Jadi TantanganSuasana sidang kabinet paripurna yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (23/10). (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak)
25 October 2024

Fortune Recap

  • Penambahan kementerian koordinator tidak cukup efektif dalam mengatasi kompleksitas permasalahan yang muncul.
  • Pemisahan beberapa kementerian juga menjadi tantangan koordinasi, membutuhkan fungsi kementerian koordinator yang lebih kuat.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menilai Kabinet Merah Putih yang dibentuk oleh Presiden Prabowo Subianto terlalu gemuk. Ukuran kabinet yang besar ini dapat memicu berbagai tantangan, terutama terkait koordinasi antar-kementerian dan pengelolaan fiskal.

Direktur Eksekutif CSIS, Yose Rizal Damuri, menyatakan bertambahnya jumlah kementerian dan pejabat negara dapat memperumit upaya koordinasi. Saat ini, jumlah kementerian koordinator ditingkatkan dari empat menjadi tujuh untuk memperkuat koordinasi di antara kementerian yang semakin banyak.

Namun, yang jadi pertanyaan adalah apakah langkah penambahan kementerian koordinator cukup efektif untuk mengatasi kompleksitas permasalahan.

"Apakah kementerian koordinator ini memiliki portofolio yang cukup kuat untuk meningkatkan koordinasi antara berbagai kementerian yang bertambah? Apalagi banyak hal yang harus diurus oleh berbagai lembaga," kata dia saat media briefing bertajuk Merespons Kabinet Prabowo-Gibran: Implikasi, Risiko, dan Masukan, Jumat (25/10).

Kabinet Presiden Prabowo beranggotakan total 109 orang, terdiri dari 48 menteri dan lima pejabat setingkat menteri, ditambah dengan 56 wakil menteri. Kemudian masih ditambah lagi utusan khusus, penasihat khusus, staf khusus presiden, dan kepala badan. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi sejak Kabinet Dwikora III pada 1966.

Yose juga menyoroti kebijakan pemisahan beberapa kementerian sebagai salah satu tantangan koordinasi. Sebagai contoh, Kementerian Koperasi dan UKM dipisahkan menjadi Kementerian Koperasi dan Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), padahal sebagian besar anggota koperasi adalah pelaku UMKM.

"Keduanya tentu harus berkoordinasi untuk mengembangkan isu-isu ekonomi yang saling terkait," kata Yose.

Pemisahan serupa juga terjadi pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang kini dibagi menjadi tiga entitas berbeda. Menurut Yose, ini menunjukkan perlunya fungsi kementerian koordinator yang lebih kuat untuk menjalin sinergi antar-kementerian.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.