Tangerang, FORTUNE - Pemerintah meminta agar para agen pemegang merek (APM) menunda kenaikan harga mobil karena kondisi pasar domestik yang sedang lesu.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan penurunan penjualan mobil domestik disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Ada beberapa faktor yang perlu diliat sebagai pertimbangan,” kata dia di sela acara GIIAS 2024, di Tangerang, Kamis (18/7).
Riset Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dengan Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) pada 2010 menunjukkan rata-rata harga mobil per unit setara dengan rata-rata pendapatan rumah tangga per tahun, yakni Rp148 juta.
Setelah itu, rata-rata harga mobil naik lebih cepat dari kenaikan rata-rata pendapatan rumah tangga, sehingga setiap tahun kesenjangannya kian melebar.
Sementara itu, riset serupa, tapi kali ini digelar pada 2024, menunjukkan rata-rata harga mobil mencapai Rp255 juta per unit, sedangkan rata-rata pendapatan rumah tangga per tahun mencapai Rp225 juta. Artinya ada selisih Rp30 juta.
Adanya kesenjangan tersebut mendorong masyarakat kurang berminat membeli mobil baru.
Tren ini dimulai sejak tahun lalu dan berlanjut hingga sekarang.
Sedang menyiapkan insentif baru untuk otomotif
Selain itu, dia mengatakan pemerintah sedang menghitung pertumbuhan penjualan dari mobil low cost green car (LCGC) lantaran segmen tersebut merupakan program ramah lingkungan yang bisa diperluas.
Ihwal insentif fiskal bagi industri Otomotif, hal tersebut tengah dibahas untuk kemudian dapat diusulkan kepada Kementerian Keuangan, termasuk untuk kendaraan berjenis hybrid.
"Insentif sedang coba kita hitung dan diskusikan dengan internal pemerintah. Kami akan usulkan, khususnya untuk hybrid kepada kementerian terkait, dalam hal ini Kementerian Keuangan," ujar Agus..
Gaikindo melansir bahwa penjualan mobil domestik secara grosir mencapai 72.936 unit pada Juni 2024, alias mengalami penurunan 11,8 persen dibandingkan dengan Juni 2023.
Penjualan ritel mencapai 70.198 unit, turun 12,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Untuk penjualan grosir sepanjang semester I-2024, capaiannya adalah 408.012 unit atau turun 19,4 persen dibandingkan dengan 506.427 unit pada semester I-2023.
Angka penjualan ritel sepanjang semester I-2024 sendiri mencapai 431.987 unit, turun 14 persen dari 502.533 unit secara tahunan pada 2023.