Produksi Minim, Jokowi Minta Tutup Defisit 850 Ribu Ton Gula Konsumsi
Kebutuhan gula nasional secara umum adalah 7,3 juta ton.
Jakarta, FORTUNE - Presiden Joko Widodo atau Jokowi memerintahkan empat menterinya untuk menutup defisit kebutuhan gula konsumsi yang mencapai 850 ribu ton. Pasalnya gula disebut sebagai komoditas penyumbang inflasi yang juga terdampak disrupsi dan pengurangan importasi dari negara lain.
"Presiden mengharapkan dalam waktu yang sangat cepat ada langkah-langkah bersama, antara kementerian baik Pertanian, BUMN, Perdagangan, Perindustrian untuk mencoba mempersiapkan berbagai hal untuk minimal mempersiapkan kebutuhan gula nasional kita secara baik,” kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, saat memberikan keterangan pers usai rapat internal di Istana Negara, Rabu (20/7).
Perintah juga diberikan kepada Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Salah satunya, mereka diminta mempersiapkan dengan baik rawat ratoon dari tebu maupun bongkar ratoon.
"Artinya ada lahan-lahan intensifikasi dan lahan-lahan ekstensifikasi yang harus digarap secara bersamaan," kata Syahrul.
Defisit produksi gula nasional
Syahrul menjelaskan bahwa kebutuhan gula nasional secara umum adalah 7,3 juta ton, terdiri dari kebutuhan konsumsi 3,2 juta ton dan industri 4,1 juta ton. Sementara, jumlah produksi gula nasional masih sangat rendah, yakni 2,35 juta ton. Defisit 850 ribu ton muncul dari produksi gula nasional yang hanya 2,35 juta ton.
Meski demikian, Syahrul tidak menjelaskan secara langsung alasan gula untuk kebutuhan industri masih dipenuhi oleh impor. Ia hanya menyebut gula industri masih diharapkan secara bertahap akan masuk.
"Tapi apa yang ada sekarang, kita berharap dapat kita pertahankan untuk bisa memenuhi kebutuhan industri kita," ujar Syahrul.
Terus dipantau
Syahrul juga menuturkan bahwa Presiden Jokowi terus memonitor secara berkala mengenai masalah pangan. Jokowi pun menginstruksikan kementerian terkait untuk dapat memberikan dukungan dalam memperkuat kebutuhan gula konsumsi nasional.
”Hari ini Bapak Presiden terus melakukan monitoring setiap katakanlah satu minggu satu kali, masalah pangan. Dan, kita bicara secara item per item, varietas dan komoditas-komoditas tertentu sehingga pembahasannya akan detail dan pengambilan keputusan akan detail,” kata Syahrul.
Instruksi secara khusus juga diberikan kepada Erick Thohir, untuk memulai dari hulu sampai hilir terlibat dan menteri lain diminta memberi dukungan, "agar Menteri BUMN bisa melangkah lebih cepat memperkuat kebutuhan-kebutuhan gula konsumsi kita khususnya, dan secara bertahap akan masuk pada gula industri yang cukup besar itu," ujar Syahrul.