Fortune Recap
- Data Kementerian Kesehatan dan Kemenko PMK menunjukkan 41 persen siswa di Indonesia merasa lapar di sekolah karena orang tua tidak mampu menyediakan sarapan.
- Hashim S. Djojohadikusumo membandingkan posisi pendidikan Indonesia yang buruk dengan negara-negara sistem pendidikan terbaik seperti Singapura, Korea Selatan, Finlandia, dan Selandia Baru.
Jakarta, FORTUNE - Pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto memiliki program unggulan bernama Makan Bergizi Gratis. Program ini sebelumnya dikenal sebagai makan siang gratis, namun kini diperluas menjadi dua kali sehari, pagi dan siang.
Hal ini diungkapkan oleh adik Prabowo sekaligus CEO Arsari Group, Hashim S. Djojohadikusumo, yang menegaskan bahwa pemberian makanan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan siswa.
"Program ini bukan hanya makan siang gratis, melainkan makan gratis dua kali sehari, pagi dan siang," kata Hashim dalam diskusi di Menara Kadin, Jakarta, Senin (7/10).
Ia menjelaskan bahwa pemberian makanan bergizi dua kali sehari diperlukan karena satu kali saja dinilai tidak mencukupi. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dan Kemenko PMK, sekitar 41 persen siswa di Indonesia merasa lapar saat berada di sekolah.
"Anak-anak lapar karena orang tua mereka tidak mampu menyediakan sarapan. Akibatnya, mereka belajar dengan perut kosong, dan hal ini mempengaruhi kualitas pendidikan kita," kata Hashim.
Dia juga membandingkan Indonesia dengan negara-negara yang memiliki sistem pendidikan terbaik, seperti Singapura, Korea Selatan, Finlandia, dan Selandia Baru. Sayangnya, Indonesia terus menempati posisi buruk dalam peringkat pendidikan global.
"Indonesia konsisten berada di peringkat bawah, yakni 63 dari 70," ujarnya.
Bakal menyumbang pertumbuhan ekonomi
Pemerintah berencana mengalokasikan Rp71 triliun untuk program Makan Bergizi Gratis pada 2025, yang akan diambil dari anggaran pendidikan dalam APBN sebesar Rp722,6 triliun.
Awalnya, program ini ditujukan hanya untuk anak sekolah, namun kini diperluas ke anak-anak di rumah dan ibu rumah tangga, untuk membantu mengatasi masalah kekurangan gizi.
Program ini juga diyakini akan memberi dampak positif pada sektor usaha, terutama UMKM, karena akan memanfaatkan telur sebagai salah satu menu utama.
Hashim mengatakan bahwa setiap hari akan disediakan 82 juta butir telur, yang diharapkan dapat menggerakkan perekonomian domestik dan menciptakan peluang bagi pengusaha.
Secara keseluruhan, program ini ditargetkan menyasar 82 juta penerima, dengan anggaran mencapai Rp450 triliun dalam beberapa tahun ke depan. Dana ini akan berputar di dalam negeri dan diharapkan mampu mendorong perekonomian Indonesia.
“Rp450 triliun itu disuntik ekonomi Indonesia. Itu nantinya akan menyumbang beberapa persen dari ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Hashim menjelaskan bahwa upaya ini bukan sekadar janji politik, melainkan bagian dari visi jangka panjang untuk menciptakan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan kompetitif.
Ia berharap dengan dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat, program ini dapat membawa perubahan besar bagi kesejahteraan anak-anak dan ibu hamil di seluruh Indonesia.