Seluruh Industri Ekspansi, Hanya Pengolahan Tembakau yang Tertekan
IKI Mei 2024 berada dalam zona ekspansif pada level 52,30.
Fortune Recap
- IKI Mei 2024 mencapai 52,50, naik 0,20 poin dari April 2024 dan 1,60 poin dari Mei tahun lalu.
- Hanya sektor industri tembakau yang mengalami kontraksi karena maraknya rokok ilegal.
- Kemenperin meminta penertiban peredaran rokok ilegal karena merugikan industri tembakau. Kontribusi subsektor ekspansi terhadap PDB mencapai 95,8 persen.
Jakarta, FORTUNE - Kementerian PerIndustrian (Kemenperin) merilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Mei 2024 masih berada dalam zona ekspansif pada level 52,50.
Jika dibandingkan dengan April 2024 yang mencapai 52,30, terjadi peningkatan 0,20 poin. Sementara jika dibandingkan dengan IKI pada Mei tahun sebelumnya yang mencapai 50,90, nilai ini meningkat 1,60 poin.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan dari 23 subsektor industri pengolahan hanya satu subsektor yang mengalami kontraksi yakni sektor industri Tembakau.
Kontraksi ini disebabkan oleh penurunan komponen pada sisi produksi, yang disebabkan karena maraknya peredaran rokok ilegal atau tanpa pita cukai.
“Kami mendapat informasi bahwa industri pengolahan tembakau mengurangi tembakaunya karena banyak rokok ilegal yang beredar di pasar, terutama rokok ilegal dari luar Indonesia,” kata dia dalam konferensi pers yang digelar Kamis (30/5).
Oleh karena itu, Kemenperin meminta kepada pihak berwenang untuk segera menertibkan peredaran rokok ilegal karena sangat merugikan bagi industri pengolahan tembakau.
Sementara itu, kontribusi 22 subsektor yang mengalami ekspansi terhadap PDB industri pengolahan nonmigas pada triwulan I-2024 mencapai 95,8 persen.
Sumbangsih nilai IKI berasal dari peningkatan nilai IKI variabel pesanan baru yang menjadi sebesar 53,16. Nilai IKI variabel persediaan produk juga mengalami peningkatan menjadi 54,59. Variabel produksi mengalami perlambatan 1,75 poin tetapi masih ekspansi 50,01.
Sumbangsih subsektor industri terhadap IKI
Nilai ekspansi IKI terbesar dialami oleh industri pakaian jadi, kemudian diikuti oleh industri alat angkutan lainnya dan posisi ketiga adalah industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki.
Sementara itu, pada periode Mei 2024 terdapat empat subsektor yang berubah level menjadi ekspansi, yaitu industri logam dasar, industri komputer, barang elektronik dan optik, industri alat angkutan lainnya, dan industri furnitur.
Perubahan level pada industri logam dasar dipicu oleh peningkatan pesanan domestik serta peningkatan harga komoditas logam dunia. Perbaikan kinerja impor, khususnya penurunan volume impor produk baja, tidak dapat dilepaskan dari dukungan kebijakan pengendalian impor oleh pemerintah.
“Secara khusus, kebijakan pemerintah dalam pengendalian impor dirasakan menjadi lebih penting dalam menghadapi kondisi baja global yang mengalami kelebihan kapasitas,” kata Febri.
Industri alat angkut sedang bersiap untuk GIIAS 2024
Sedangkan, ekspansi pada industri alat angkutan lainnya disebabkan oleh peningkatan pesanan baru yang sangat signifikan dan merupakan yang terbesar dibandingkan dengan subsektor lainnya. Namun, hal ini tidak disertai dengan peningkatan produksi. Variabel produksi mengalami kontraksi terendah kedua dibandingkan dengan subsektor lainnya.
“Industri ini sedang bersiap untuk peningkatan pesanan baru seiring pelaksanaan pameran GIIAS 2024 yang akan digelar pada 18 Juli hingga 28 Juli 2024,” ujar Febri.
Ekpansi pada industri furnitur terjadi karena penurunan kontraksi variabel pesanan baru dan peningkatan ekspansi variabel persediaan produk.
Sementara itu, variabel produksi mengalami perlambatan ekspansi. Industri furnitur mengalami penurunan ekspor pada April 2024 sebesar 25,26 persen dibandingkan dengan Maret 2024, namun optimisme masih tumbuh seiring perbaikan kondisi ekonomi dari pasar luar negeri seperti Amerika Serikat.