Sempat Tak Dilirik, Kini Kakao Menjadi Andalan Desa Nglanggeran
Kakao jadi komoditas andalan di desa eksotis ini.
Fortune Recap
- Seorang petani kakao, Heri, mengalami peningkatan pendapatan setelah harga jual kakao naik drastis.
- Pasar ekspor kakao Desa Nglanggeran mengalami tren positif dengan peningkatan permintaan dari Swiss.
DI. Yogyakarta, FORTUNE - Desa Nglanggeran memiliki daya tarik khas. Dengan lahan hijau yang luas serta dikelilingi pegunungan karst yang menjulang, desa tersebut menawarkan pemandangan yang memesona siapa saja yang mengunjunginya.
Berlokasi 25 kilometer di sebelah tenggara Kota Yogyakarta, Nglanggeran tidak hanya bermodal pemandangan alam yang menakjubkan, tetapi juga percaya diri komoditas unggulannya: Kakao.
Di sana, kebun-kebun kakao dapat ditemukan sejauh mata memandang. Keberadaannya melimpah karena komoditas tersebut merupakan sumber mata pencaharian utama bagi sebagian penduduknya. Kakao dari kawasan itu dikenal karena kualitasnya yang premium dan sangat dicari pasar internasional.
Seorang petani kakao di desa itu, yakni Heri, 29 telah merasakan manisnya membudidayakan kakao. Dari sisinya, kako telah memberikan pemasukan tambahan. Padahal, dulu pernah patah arang karena harga jual komoditas itu yang tidak seberapa.
“Dulu kakao tidak dilirik karena harganya sangat murah sekali. Paling mahal hanya dihargai Rp10.000–15.000 per kilogram,” kata dia saat ditemui di kebunnya di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Kamis (2/5).
Dia mengenang banyak warga masih malu untuk mengemban profesi sebagai buruh tani di kebun kakao. Sebab, komoditas ini tidak memberikan keuntungan yang cukup bagi para penggarapnya.
Bahkan, dia sempat ingin membabat habis pohon kakao miliknya, dan menggantinya dengan pohon alpukat yang lebih punya nilai jual. Namun, niat itu diurungkan karena nilai ekonomi kakao berangsur membaik.
“Setelah mendapatkan manfaatnya [dengan harga jual yang tinggi], baru merasakan,” kata Heri.
Terdongkraknya pamor kakao dalam beberapa tahun belakangan membuat Heri bungah. Kakao dari daerah mereka dicari banyak pebisnis dari luar negeri. Untuk kakao kering yang telah melalui proses fermentasi, harganya bisa mencapai Rp120.000 per kilogram.
Pada 2023, terjadi kelangkaan pada produksi kakao global. Namun, Desa Nglanggeran justru dapat berkah karena jadi beroleh peningkatan permintaan dari Swiss.
Meningkatkan nilai jual kakao
Sejak 2023 Desa Nglanggeran mendapatkan bantuan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Bentuknya adalah pendampingan usaha perkebunan kakao. Bantuan itu diberikan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) berbadan usaha Koperasi Amanah Doga Sejahtera.
Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis LPEI, Maqin U Norhadi, mengatakan pihaknya memberi pendampingan usaha kakao dalam beberapa bentuk. Pendampingannya mencakup bantuan unit pengolahan hasil kakao, pendampingan sertifikasi organik, pendampingan kualitas dan teknis produksi, pendampingan prosedur dan administrasi ekspor, hingga business matching kakao fermentasi.
“Setelah pendampingan Desa Devisa, ada nilai tambah pada harga kakao fermentasi,” kata Maqin.
Sejauh ini, Desa Nglanggeran mempunyai perkebunan kakao seluas 10,2 hektare. Adapun produksi buah kakao mencapai 10 ton per tahun dengan kapasitas kakao fermentasi sebanyak 132 kilogram per bulan.
Sementara itu, Ketua Koperasi Amanah Doga Sejahtera, Ahmad Nasrodin, mengatakan meski kenaikan harga kakao belakangan juga terjadi karena kelangkaan produksi kakao dunia, bantuan pendampingan dari LPEI turut menambah nilai jual kakao di desa tersebut.
“Bantuan unit pengelolaan hasil senilai Rp20 juta dan pendampingan mereka menutup kekurangan kami sehingga dapat meningkatkan hasil kebun, yang sebelumnya banyak dengan manual. Pembeli dari Swiss kemarin juga datang karena rekomendasi orang LPEI. Jadi, peluang di kakao ini luar biasa. Sekarang tinggal petaninya, apa bisa menangkap keadaan ini atau tidak,” kata Ahmad.
Dana desa yang mengalir ke Desa Nglanggeran
Direktur Dana Desa, Insentif, Otonomi Khusus, dan Keistimewaan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan, Jaka Sucipta, mengatakan perekonomian desa memiliki kontribusi besar bagi perekonomian nasional.
Di desa terdapat banyak hasil pertanian, perkebunan, peternakan, usaha mikro dan kecil, serta BUMDes yang dapat diberdayakan. Namun, ada juga tantangan cukup besar dalam mendukung pengembangan usahanya.
“Dana desa, yang merupakan sumber pendapatan terbesar desa, [membuat desa] memiliki kapasitas fiskal yang kuat untuk mengatasi kendala permodalan guna mendorong dan mengembangkan potensi ekonomi lokal,” ujarnya.
Jaka mengatakan desa tersebut memiliki potensi perekonomian dari pariwisata dan perkebunan, terutama kakao dan durian.
Untuk menunjang potensi tersebut, pemerintah telah mengalokasikan Dana Desa sejak 2015. Untuk 2024 ini, dana yang dialokasikan untuk desa ini mencapai Rp813 juta, berkurang dari alokasi pada 2023 yang mencapai Rp946 juta.
PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) telah bekerja sama dengan Desa Nglanggeran sejak 2019. Kerja sama itu terutama untuk program pembiayaan penginapan milik warga sebagai fasilitas di desa yang menjadi destinasi wisata tersebut.
Sementara Pusat Investasi Pemerintah (PIP) akan menggelar program pendampingan dan pembiayaan ultramikro (UMi). Program ini ditujukan untuk masyarakat yang membutuhkan pembiayaan usaha.