Sempat Tertekan Pandemi, Industri Mamin Harap Berkah Tahun Politik
Sempat tertekan karena Covid-19.
Jakarta, FORTUNE - Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman, mengatakan industri makanan dan minuman (mamin) mengharapkan berkah tahun politik dan momentum Pemilu sebagai lahan untuk meningkatkan pertumbuhan industri.
Adhi memprediksi tahun ini terjadi peningkatan konsumsi makanan dan minuman karena akan banyak ajang kampanye digelar di berbagai tempat, yang pastinya membutuhkan logistik. Hingga akhir 2023, diharapkan pertumbuhan industri akan terdorong hinggai 6 persen.
“Meskipun masih mengejar ketertinggalan walaupun masih bisa tumbuh 7-10 dalam kondisi normal,” kata dia saat Kick Off Pendampingan Industri 4.0 Mamin yang disiarkan secara virtual, Selasa (28/7).
Pada triwulan I-2023, pertumbuhan industri makanan dan minuman mencapai 5,33 persen, yang berarti lebih tinggi ketimbang capaian dalam periode yang sama pada 2022 sebesar 3,75 persen.
Secara tahunan, industri makanan dan minuman sempat tertekan pada masa pandemi Covid-19. Untuk pertumbuhan 2020, sektor ini hanya tumbuh tipis 1,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Lalu untuk 2021, pertumbuhannya 2,5 persen dan pada 2022 mulai pulih dengan mencatatkan pertumbuhan 4,9 persen.
Penerapan industri 4.0
Sementara itu, Kementerian Perindustrian atau Kemenperin mengajak industri makanan dan minuman atau mamin untuk menerapkan industri 4.0. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan sekaligus mengejar ketertinggalan pada industri mamin.
Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, terdapat 94 perusahaan yang berasal dari industri mamin. Namun demikian, skornya masih sangat rendah, yakni sekitar 2,27 dari total 4.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, mengatakan adanya komitmen yang dibangun antara Kemenperin dengan industri makanan dan minuman yaitu dengan melakukan bimtek untuk penerapan industri 4.0, sekaligus meningkatkan keterampilan para tenaga kerja.
“Sehingga nanti apa pun yang kita lakukan terkait industri 4.0 ini kita mempunyai anchor di industri itu sendiri,” kata Putu.
Menurut Putu, digitalisasi membawa efek positif bagi sektor industri dalam upaya meningkatkan nilai ekspornya. Sebagai contoh, saat ini terdapat penerapan regulasi EU Regulation on Deforestation di kawasan Uni Eropa yang menuntut para pelaku industri di Indonesia, seperti sektor mamin, untuk menunjukkan bukti sertifikasi dan verifikasi bahwa produknya tidak berdampak pada deforestasi.
“Melalui digitalisasi, kita bisa melakukan traceability terhadap produk-produk kita untuk bisa menembus pasar ekspor. Kami meyakini, industri makanan dan minuman bisa melakukannya dengan baik,” ujarnya.
Dorong pertumbuhan industri makanan dan minuman
Upaya digitalisasi ini telah dijalankan oleh pelaku industri pengolahan susu di dalam negeri, mulai dari peternakan, tempat pengumpulan susu, hingga pada proses pengolahan.
Kemenperin menyelenggarakan kegiatan pendampingan industri 4.0 guna semakin mendongkrak kinerja industri mamin nasional. Kegiatan pendampingan bisa diawali dengan penyiapan SDM industri yang kompeten untuk melakukan percepatan transformasi digital.
“Tahapan ini meliputi sesi yang berisi penyampaian pengetahuan tentang industri 4.0 dan pembelajaran pembuatan pilot project melalui pelatihan berbasis kompetensi (PBK),” kata Putu.