Ancaman Krisis Global, IMF: Negara Berkembang Kena Tiga Pukulan
IMF catat seperempat negara berkembang kesulitan pembiayaan.
Jakarta, FORTUNE - Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan, negara berkembang atau (emerging market) mengalami tiga pukulan keras akibat pengetantan moneter negara-negara maju yang membawa ancaman krisis ekonomi global. Pukulan tersebut terjadi antara lain karena pelemahan nilai tukar, biaya pinjaman yang tinggi, dan arus modal keluar di pasar keuangan.
"Dalam lingkungan ini, kita juga harus mendukung negara emerging market dan berkembang yang rentan," ujarnya dalam konferensi pers selama pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia, Kamis (13/10).
IMF mencatat, lebih dari seperempat negara berkembang mengalami tekanan dalam perdagangan obligasi. Selain itu, lebih dari 60 persen negara berpenghasilan rendah berisiko tinggi tengah mengalami krisis utang.
Georgieva mengatakan guncangan berulang dan kemunduran pertumbuhan menimbulkan pertanyaan yang lebih besar: "Apakah kita mengalami pergeseran ekonomi mendasar dalam ekonomi dunia, dari dunia yang relatif dapat diprediksi dan stabil, ke ketidakpastian dan volatilitas yang lebih besar?"
Untuk pembuat kebijakan, kata Georgieva, ini adalah waktu yang jauh lebih kompleks, yang membutuhkan tangan yang mantap pada tuas kebijakan. "Harga kesalahan langkah kebijakan, harga komunikasi yang buruk tentang niat kebijakan, sangat tinggi."
Kebijakan fiskal dan moneter harus jalan beriringan
Ia juga mendesak para pembuat kebijakan untuk menurunkan inflasi, menerapkan kebijakan fiskal yang bertanggung jawab, dan menjaga stabilitas keuangan. Salah satunya, dengan memastikan kebijakan fiskal dan moneter berjalan beriringan.
"Ketika kebijakan moneter mengerem, kebijakan fiskal tidak boleh menginjak pedal gas -- itu akan membuat perjalanan yang sangat berbahaya," kata dia.
IMF sendiri telah memberikan US$260 miliar sebagai bentuk dukungan keuangan kepada 93 negara sejak pandemi Covid-19. Ketika perang Rusia-Ukraina meletusi, Dana Moneter Internasional tersebut juga telah mendukung 18 program baru dan tambahan dengan hampir US$90 miliar.
"Dan kami sekarang memiliki 28 negara tambahan yang menyatakan minatnya untuk menerima dukungan dari IMF," kata Georgieva.
IMF juga menyerukan upaya yang lebih kuat untuk menghadapi kerawanan pangan, mencatat bahwa 345 juta orang sangat rawan pangan. Sekitar 48 negara sangat terpengaruh oleh kerawanan pangan, sebagian besar berada di sub-Sahara Afrika.
Baru-baru ini, kata Georgieva, lembaganya mengumumkan jendela kejutan pangan baru, sebuah mekanisme yang memberikan pinjaman darurat untuk membantu negara-negara rentan mengatasi kekurangan pangan dan kenaikan biaya akibat perang Rusia-Ukraina.