NEWS

Bahlil Ungkap Alasan Pabrik Metanol Bojonegoro Sempat Tertunda

Pabrik metanol dibutuhkan untuk dukung B50.

Bahlil Ungkap Alasan Pabrik Metanol Bojonegoro Sempat TertundaMenteri ESDM, Bahlil Lahadalia. (dok. ESDM)
11 December 2024

Fortune Recap

  • Menteri ESDM Bahlil Lahadalia ungkapkan rencana pembangunan pabrik metanol senilai US$1,2 miliar di Bojonegoro.
  • Proyek ini tertunda karena ketidaksepahaman antara Kementerian Investasi dan Kementerian ESDM sebelumnya.
  • Pabrik metanol dibutuhkan untuk mendukung program mandatori campuran biodiesel dengan kelapa sawit sebesar 50 persen (B50) pada tahun depan.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa pemerintah akan segera memulai pembangunan pabrik Metanol di Bojonegoro senilai US$1,2 miliar. Menurutnya, proyek ini sebenarnya telah lama direncanakan, tetapi terus tertunda karena ketidaksepahaman antara Kementerian Investasi dan Kementerian ESDM sebelumnya.

“Investasinya sekitar US$1,2 miliar. Kita harus bangun investasi metanol di Bojonegoro, kemudian gasnya sudah kami siapkan, 90 MMbtu. Ini kenapa dulu enggak jadi-jadi, karena Kementerian Investasi jalan kiri, ESDM jalan kiri, akhirnya ketemu di tikungan. Yang ada omong-omong terus, enggak selesai itu barang,” ucapnya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi 2024, Rabu (11/12).

Sebagai mantan Menteri Investasi yang kini memimpin Kementerian ESDM, Bahlil berharap proyek tersebut bisa segera terealisasi. “Saya pikir, sebagai mantan alumni Kementerian Investasi, barang ini harus bergandengan untuk menyukseskan kedaulatan energi nasional,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Bahlil menyampaikan bahwa pembangunan pabrik metanol dengan kapasitas produksi 800 ribu ton per tahun tersebut dibutuhkan untuk mendukung program mandatori campuran Biodiesel dengan kelapa sawit sebesar 50 persen (B50) pada tahun depan.

Terlebih, hingga saat ini, kebutuhan metanol dalam negeri sebagian besar masih bergantung pada impor. “Tidak akan mungkin kita bisa melakukan ini tanpa ada metanol. Kita butuh metanol sekitar 2-2,3 juta ton. Ini butuh hilirisasi. Hilirisasinya dari sektor hulu migas,” jelasnya.

Related Topics

    © 2025 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.