Beras Premium Langka, Mendag Minta Masyarakat Beralih ke Beras Bulog
Mendag sebut beras SPHP masih terkendala pengiriman.
Jakarta, FORTUNE - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meminta masyarakat beralih menggunakan Beras Bulog di tengah mahalnya harga beras premium saat ini.
Beras dimaksud merupakan beras dengan merek Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) yang dikemas dengan volume 5 kg per kantong.
Pasalnya, kata Zulkifli, suplai beras premium saat ini melambat karena mundurnya panen akibat El Nino.
“Kalau [beras] premium [harganya] lagi naik dan barangnya juga tidak sesuai dengan yang ditentukan,” kata Zulkifli di sela peninjauan harga beras di Transmart Cempaka Putih di Jakarta, Senin (19/2).
Menurut Zulkifli, dengan beralih ke SPHP, suplai beras premium di pasar akan menjadi cukup sehingga harganya mulai terkendali. Pasalnya, kebutuhan beras tersebut bisa dipasok oleh beras Bulog.
Dari hasil peninjauan yang dilakukan Kementerian Perdagangan, harga beras premium masih cukup tinggi dan bervariasi mulai Rp72.000, Rp75.000, bahkan ada yang menjual Rp80.000 per 5 kilogram.
Harga tersebut tidak sesuai dengan ketentuan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp69.500 per 5 kilogram.
"Karena El Nino, harusnya bulan Desember panen, enggak panen. Januari panen, enggak panen. Panennya nanti Maret dan bulan Mei kalau enggak salah," imbuhnya.
Meski demikian, Zulkifli memastikan suplai beras SPHP akan mencukupi untuk permintaan saat ini, yakni sekitar 1,3 juta ton. Bahkan, dalam waktu dekat, akan ada tambahan stok beras impor sebanyak 2 juta kilogram.
Hanya saja, jelas Zulkifli, karena kini banyak pasar-pasar modern meminta beras SPHP, maka suplai yang ada biasanya cepat habis.
"Memang kadang-kadang permintaan di sini dua hari habis, telat datangnya. Karena problemnya kan dibagi 5 kg, dikantongi kan? Karena permintaanya banyak, kadang-kadang kalah waktu ngantonginnya itu," kata Zulkifli.
Kelangkaan beras premium
Sebelumnya, beras premium mengalami kelangkaan di sejumlah gerai ritel modern di Jakarta. Hal ini membuat masyarakat khawatir.
Beras premium di sejumlah gerai ritel modern di sejumlah kawasan di Jakarta, seperti Cibubur, Mampang, hingga Kuningan, saat ini banyak yang tidak tersedia. Begitu pun, di wilayah Bogor, Jawa Barat. Beberapa gerai ritel yang kami datangi tidak menjual beras premium kemasan.
Ani, salah satu kasir di gerai ritel modern di kawasan Mampang mengatakan bahwa kelangkaan ini sudah terjadi sejak dua hari lalu.
“Tidak tahu, Mas, belum dikirim-kirim dari gudang pusat. Mungkin karena harga-harga lagi pada naik,” ujarnya kepada Fortune Indonesia, Senin (12/2).
Meski begitu, Ani mengaku sebelum kekosongan stok di gerai ritel, tokonya tidak memberlakukan pembatasan pembelian. Terakhir, beras karung ukuran 5 kilogram di tokonya masih dijual Rp69.500.
Kekosongan beras ini menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat.
Opin, salah seorang pelanggan di gerai ritel modern, mengaku kesulitan membeli beras di gerai ritel modern dan terpaksa membeli eceran dengan harga di kisaran Rp14.000 – Rp16.000 per liter di gerai tradisional.
“Takutnya ini nanti berasnya makin naik lagi. Saya inginnya langsung stok banyak, tapi kalau di warung kan jatuhnya jadi mahal,” katanya.
Opin juga pernah mencoba untuk membeli secara online. Melalui platform quickcommerce, misalnya, harga beras premium per karung 5 kilogram kini berkisar Rp69.500 – Rp109.000, tergantung jenis dan merek.
Namun, pembelian secara online dibatasi hanya dua karung beras 5 kg saja untuk satu brand dalam satu kali transaksi.
Sementara, salah satu pedagang eceran di kawasan Tanjung Barat, Uda, mengaku harga beras dijual sudah naik sampai tiga kali dalam waktu dua minggu terakhir.
“Dari Rp9.000 per liter, sekarang ini Rp13.500 per liter (beras medium),” katanya.
Meski harga beras terus naik, Uda mengatakan belum mengalami kekurangan stok. Salah satu strategi yang ia lakukan adalah membeli beras dengan bertahap dan tidak langsung dalam jumlah besar.
“Ini harganya masih belum stabil, ya kita pedagang paling bisa lakukan ini (beli bertahap), pembeli juga udah mulai pada ngeluh. Susah juga tekan harganya,” ujarnya kepada Fortune Indonesia (12/2).