Deflasi Berakhir, BPS Umumkan Inflasi 0,08 Persen pada Oktober 2024
Inflasi tahunan 1,71% dan tahun kalender 0,81%.
Fortune Recap
- Kelompok pengeluaran dengan inflasi terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya, dipicu oleh emas perhiasan.
- Inflasi bulanan didorong oleh inflasi komponen inti (core inflation) sebesar 0,22 persen, dengan andil inflasi 0,41 persen.
Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadinya inflasi 0,08 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Oktober 2024.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,93 pada September 2024 menjadi 106,01 pada Oktober 2024.
"Sementara itu, secara year-on-year (yoy), terjadi inflasi sebesar 1,71 persen, dan secara tahun kalender (year-to-date/ytd) terjadi inflasi sebesar 0,82 persen," ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (1/11).
Amalia menyatakan inflasi Oktober 2024 ini mengakhiri tren deflasi yang terjadi sejak Mei 2024. Kelompok pengeluaran dengan inflasi terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya, dengan inflasi 0,94 persen.
"Komoditas dominan yang mendorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,06 persen," katanya.
Sementara itu, terdapat komoditas lain yang memberikan andil inflasi, antara lain daging ayam ras dengan andil inflasi 0,04 persen; bawang merah dengan andil inflasi 0,03 persen; tomat dan nasi dengan lauk yang masing-masing memberikan andil inflasi 0,02 persen; serta kopi bubuk, minyak goreng, sigaret kretek mesin, dan telur ayam ras yang masing-masing memberikan andil inflasi 0,01 persen.
Sementara itu, jika diperinci secara komponen, inflasi bulanan sebesar 0,08 persen pada Oktober 2024 didorong oleh inflasi komponen inti (core inflation). "Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,22 persen, yang memberikan andil inflasi sebesar 0,41 persen," ujar Amalia.
Komoditas yang memberikan andil inflasi secara dominan pada komponen inti adalah emas perhiasan, nasi dengan lauk, kopi bubuk, dan minyak goreng.
Kemudian, komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) mengalami deflasi 0,25 persen, dengan andil deflasi 0,05 persen.
"Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah bensin dan tarif angkutan udara," katanya.
Terakhir, komponen harga bergejolak (volatile food) mengalami deflasi 0,11 persen, dengan andil deflasi sebesar 0,01 persen.
"Komponen harga bergejolak mengalami deflasi selama tujuh bulan berturut-turut, namun tekanan deflasinya semakin berkurang pada Oktober 2024 ini. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah cabai merah, cabai rawit, kentang, dan ikan segar," ujar Amalia.
Inflasi bulanan menurut wilayah menunjukkan 28 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami inflasi, sedangkan 10 lainnya mengalami deflasi.
"Inflasi tertinggi terjadi di Maluku, yaitu sebesar 0,65 persen, sementara itu deflasi terdalam terjadi di Maluku Utara sebesar 1,05 persen," katanya.