Dirjen Migas Beberkan Kekayaan Gas RI, Potensi Cadangan Masih Besar
Kemandirian gas nasional bergantung pada cadangan baru.
Jakarta, FORTUNE - Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, mengatakan Indonesia masih memiliki potensi gas melimpah dan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri hingga beberapa dekade mendatang.
Ia mengatakan pemerintah telah memetakan 12 lapangan migas yang memiliki potensi liquefied petroleum gas (LPG), propana (C3) dan butana (C4). Identifikasi potensi penemuan cadangan raksasa tersebut kini mulai menunjukkan hasil dan akan dilelang pemerintah.
"Ini potensi yang luar biasa yang ke depan, saya kira beberapa dekade, kalau ini ditemukan bisa dipenuhi kebutuhan nasional," ujarnya dalam webinar bertajuk Strengthening Indonesia as A Global LNG and LPG Player, Selasa (31/10).
Beberapa lapangan yang bepotensi memiliki cadangan dan menjadi proyek gas raksasa adalah Andaman I, II dan II serta South Andaman yang telah dilakukan uji pengeboran.
"Andaman II yang telah ditemukan discovery, tapi akan ditambah lagi beberapa sumur lagi," ujarnya.
Selain itu, ada pula proyek gas Indonesia Deepwater Development di Kalimantan Timur.
"Sebelahnya [Selat Makasar] juga ada North Ganal. Dua tahun lalu sudah diindikasikan oleh ENI bahwa ada optimisme yang tinggi untuk menemukan dan sekarang terbukti cukup besar. Walaupun satu sumur, tapi seismiknya cukup menjanjikan," katanya.
Kemudian di antara Bali dan Lombok, ada blok eksplorasi Agung I dan II yang dikelola BP dan akan mulai eksplorasi tahun depan. Kemudian, ada pula proyek Masela yang telah diminta pemerintah untuk bisa berproduksi lebih cepat karena telah tertunda cukup lama.
"Belum lagi ada indikasi di Warim. Potensi yang kita tawarkan tahun ini. Kemudian juga lupa saya sebutkan, ada Natuna D Alfa yang kita tawarkan juga tahun ini. Sudah ada yang melihat datanya, kemudian kita tunggu responsnya. Selain BP Tangguh juga yang masih melakukan eksplorasi di sekitar sana. Juga di West Papua dan Aru juga telah ditawarkan juga dan sudah ada peminat untuk dilakukan studi dan akan dilelang," ujarnya.
Pasokan berlimpah
Tutuka mengatakan saat ini pemanfaatan gas dalam negeri juga berkembang cukup pesat. Bahkan sepertiga gas yang diproduksi di Indonesia sudah dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hingga Agustus 2023, lifting gas bumi telah mencapai 5,4 MMCFD.
"Dari yang dua pertiga lebih ke luar negeri, sekarang balik dua pertiga ke dalam negeri. Jadi switch. Begitu produksi 5,4 mmcfd, 68 persennya untuk dalam negeri," ujarnya.
Menurut Tutukan, perkembangan ini menunjukkan bahwa dalam gas Indonesia sudah menuju target kemandirian energi nasional. Ini terlihat dari neraca gas Indonesia, yang perbedaannya cukup signifikan antara pemenuhan gas LNG dan LPG dengan kebutuhan.
Untuk LNG, masih terdapat uncommited cargo atau LNG belum terkontrak yang cukup besar. Pada 2030, jumlahnya bahkan mencapai 304,6 kargo.
"Jadi, kita akan sedikit longgar di 2026 dan 2030 mencapai puncaknya," katanya.
Demikian pula dengan neraca gas dengan kebutuhan gas nasional 6.000 MMSCFD, sementara potensi pasokan bisa mencapai 10.000 MMSCFD.
"Kebutuhan nasional kurang lebih di angka 6.000-an. Kalau ada hilirisasi akan naik ke atas (kebutuhannya). Dan kita harapkan hilirisasi. Itu diperlukan untuk keperluan peningkatan daya saing industri nasional, ketahanan energi nasional, sekaligus kemandirian. Jadi, kebutuhan untuk listrik sudah dipenuhi, industri juga sudah dipenuhi dan yang lainnya," ujarnya.