Helikopter Presiden Iran Jatuh, Pencarian Terkendala Cuaca Buruk
Kabar keselamatan presiden Iran masih belum jelas.
Fortune Recap
- Presiden Iran Ebrahim Raisi hilang dalam kecelakaan helikopter di Azerbaijan Timur, Iran.
- Kondisi cuaca buruk dan kabut tebal menghambat upaya penyelamatan, melibatkan 40 tim penyelamat.
- Helikopter yang ditumpangi Raisi berjenis Bell 212 buatan AS dan sinyalnya telah terdeteksi oleh angkatan bersenjata.
Jakarta, FORTUNE - Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dikabarkan hilang dalam kecelakaan helikopter yang membawanya pada Minggu (19/5) waktu setempat. Dalam keterangan resmi yang dirilis media pemerintah Iran, helikopter tersebut disebut harus "mendarat darurat" di provinsi Azerbaijan Timur, Iran.
Kondisi cuaca buruk serta kabut tebal menghambat upaya penyelamatan pemimpin negara tersebut. Selain Presiden Raisi, Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, juga berada di dalam helikopter tersebut.
Laman NBC memberitakan bahwa helikopter yang ditumpangi Raisi—berjenis Bell 212 buatan Amerika Serikat (AS)—awalnya sempat dikabarkan jatuh di dekat kota Jolfa. Namun, kemudian, Pasukan Elit Garda Revolusi Iran yang turun dalam pencarian menyampaikan bahwa kejadian tersebut terjadi lebih jauh ke timur dekat desa Uzi.
Setidaknya 40 tim penyelamat, termasuk drone dan anjing pencari, telah dikerahkan. Dilaporkan pula delapan ambulans telah dikirimkan ke lokasi.
Menurut laman Al Jazeera, Wakil Presiden untuk Urusan Eksekutif Iran, Mohsen Mansouri, mengeklaim salah satu pejabat di helikopter Raisi dan seorang anggota awak pesawat melakukan kontak setelah helikopter mengalami insiden tersebut.
"Ini adalah salah satu titik harapan dalam situasi ini. Ini menunjukkan bahwa tingkat keparahan insiden tidak terlalu tinggi karena dua orang yang berada di penerbangan tersebut melakukan kontak dengan kami beberapa kali," ujarnya.
Sementara Bulan Sabit Merah mengatakan 65 tim sekarang bekerja di area tersebut, dan pejabat percaya mereka hampir menemukan helikopter itu.
Meski demikian, sekitar pukul dua dini hari tadi, sinyal dari helikopter dilaporkan telah terdeteksi oleh angkatan bersenjata dari helikopter dan ponsel seorang anggota awak penerbangan.
“Kami sekarang bergerak menuju area tersebut dengan semua kekuatan militer dan saya harap kami dapat memberikan kabar baik kepada rakyat,” kata Asghar Abbasgholizadeh, komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) di Azerbaijan Timur, dikutip oleh Tasnim.
“Area tersebut tidak lagi memiliki kapasitas untuk lebih banyak pasukan,” ujarnya.
Sejak kabar kecelakaan tersebut dibenarkan, beberapa negara Teluk berharap Raisi dapat selamat dan menyampaikan bahwa mereka memantau upaya evakuasi dan siap mengirim bantuan.
Kementerian Luar Negeri Qatar menyatakan "kesediaan untuk memberikan segala bentuk dukungan" dan mengatakan berharap Raisi selamat.
Sementara, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga mengatakan siap membantu dalam upaya pencarian, menambahkan bahwa kerajaan "berdiri bersama Republik Islam selama situasi sulit ini".
Ada pula Uni Emirat Arab yang menyampaikan "harapan tulus untuk keberhasilan operasi pencarian dan penyelamatan" dan mengatakan bahwa kedutaannya di Teheran siap memberikan bantuan.
Kemudian, Kementerian Luar Negeri Kuwait mengatakan mengikuti insiden tersebut dengan keprihatinan, menambahkan bahwa mereka berdiri bersama Iran dalam momen sulit ini.
Raisi telah menjadi bagian dari pemerintahan Iran sejak awal 1980-an dan tumbuh bersama pemerintahan tersebut dalam bidang yudisial.
Keterlibatannya yang panjang serta kredibilitas dalam pemerintahan disebut-sebut sebagai faktor yang memuluskanya menjadi kandidat presiden tanpa persaingan ketat dengan golongan reformis pada 2021.
Sami Nader, analis Institut Levant untuk Urusan Strategis, mengatakan bahwa kecelakaan ini merupakan "kejutan besar" bagi masyarakat di Lebanon.
"Peristiwa ini datang pada saat yang sangat kritis dengan apa yang sedang dialami kawasan ini, dengan apa yang sedang dialami Lebanon, karena apa yang terjadi di Gaza," katanya kepada Al Jazeera.
"Perlu diingat juga bahwa ini terjadi pada saat negosiasi mengenai kesepakatan nuklir menghadapi jalan buntu," tambahnya.
Sementara Analis Ali Akbar Dareini mengatakan Presiden Raisi dipercaya dalam politik Iran, termasuk oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei.
"Dia adalah politisi yang sangat loyal kepada sistem pemerintahan. Pemimpin Tertinggi Iran sangat mempercayainya," kata Dareini, seorang peneliti di Pusat Studi Strategis di Teheran, kepada Al Jazeera.
"Untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, pemerintah yang berkuasa tidak memiliki perbedaan serius dengan cabang-cabang kekuasaan lainnya di Iran, dan itu memungkinkan Iran membuat keputusan yang sangat kuat di panggung internasional," ujarnya.
Adapun Hossein Amirabdollahian merupakan diplomat terkemuka Iran, yang telah membantu mengalihkan kebijakan luar negeri Iran dari keterlibatan dengan Barat ke peningkatan hubungan dengan negara-negara tetangga di Timur Tengah, terutama negara-negara Arab di seberang Teluk.
Sebelum menjabat sebagai menteri luar negeri, pria berusia 60 tersebut telah menjabat pada beberapa posisi di Kementerian Luar Negeri Iran sejak 1997, termasuk sebagai duta besar untuk Bahrain dan wakil menteri luar negeri untuk urusan Arab dan Afrika.