Jokowi Sebut Perubahan Iklim Sebabkan Kenaikan Harga Beras
Inflasi beras capai 0,64 persen pada Januari 2024.
Jakarta, FORTUNE - Presiden Joko Widodo mengatakan perubahan iklim dan cuaca ekstrem menjadi penyebab tingginya harga Beras di berbagai negara. Kondisi alam tersebut membuat petani gagal panen sehingga stok beras menipis.
"Harga beras di seluruh negara di dunia itu sekarang naik. Tidak hanya di Indonesia saja. Di semua negara harganya naik. Kenapa naik? Karena ada yang namanya perubahan iklim, perubahan cuaca sehingga banyak yang gagal panen," ujarnya saat menyerahkan bantuan beras kepada keluarga penerima manfaat (KPM) di Tangerang Selatan, seperti dikutip Antara, Senin (19/2).
Dia juga menyampaikan bahwa konsumsi beras di Indonesia yang besar kini dihadapkan dengan masalah menurunnya produksi beras. Akibatnya, terjadi kekurangan suplai beras di pasar dan harganya jadi lebih mahal.
Berdasarkan situs resmi Badan Pangan Nasional yang diakses Senin, harga rata-rata beras premium secara nasional mencapai Rp16.100 per kg.
Harga rata-rata beras di Jakarta bahkan mencapai Rp16.500 per kg. Sementara itu, harga tertinggi terjadi di Provinsi Papua Pegunungan yang mencapai Rp23.800 per kg, sedangkan harga terendah di Aceh sebesar Rp14.850 per kg.
Pemerintah menyalurkan bantuan beras kepada 22 juta Kelompok Penerima Manfaat.
Berdasarkan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), bantuan tersebut bertujuan meringankan beban KPM terhadap kenaikan harga beras ini.
"Pemerintah kita membantu bantuan beras ini agar meringankan ibu-ibu semuanya karena tadi harganya naik," kata Presiden Jokowi.
Bantuan Pangan Beras telah terlaksana sejak awal 2023 dalam 2 tahapan, dan kemudian dilanjutkan lagi pada 2024. Bantuan pangan beras untuk tahun ini disalurkan mulai Januari sampai Juni.
Presiden Jokowi menekankan bahwa bantuan akan diperpanjang jika APBN masih memungkinkan.
"Jadi ini Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni. Nanti setelah Juni kita liat APBN-nya mencukupi atau tidak. Kalau mencukupi kita lanjutkan," kata Jokowi.
Kenaikan harga beras berlanjut
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan Harga Beras masih terjadi hingga Januari 2024. Inflasi komoditas beras mencapai 0,64 persen dengan andil 0,03 persen terhadap Inflasi utama.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan kenaikan harga beras terjadi di seluruh provinsi di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
"Kenaikan harga beras masih terjadi di 28 provinsi sedangkan harga beras 10 provinsi lainnya sudah menunjukkan penurunan," ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (1/2).
Menurut Amalia, kenaikan harga beras disebabkan oleh kurangnya pasokan di sejumlah wilayah. Ini terutama diakibatkan oleh faktor cuaca dan rusaknya beberapa akses jalan.
“Harga beras yang tinggi karena memang dipengaruhi suplai yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan permintaan yang tinggi,” katanya.
Di samping itu, kebijakan restriktif terhadap ekspor beras dari sejumlah negara juga berdampak pada kenaikan harga beras di pasar global. Dari sisi pasar domestik, panen beras relatif lebih rendah akibat El Nino dan kekeringan berkepanjangan.
“Seperti yang sudah kami sampaikan sebelumnya, untuk Januari dan Februari BPS memperkirakan bahwa produksi beras relatif masih lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi, atau terjadi defisit,” ujar Amalia.
Sepanjang Januari 2024, BPS merekam adanya inflasi 0,04 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dan tahun kalender (year-to-date/ytd). Sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 2,57 persen.