Jakarta, FORTUNE - Indonesia terus berupaya untuk mempercepat hilirisasi dan industrialisasi dengan membangun instalasi pemurnian dan pengolahan (smelter).
Meski Badan Penyelesaian Sengketa (DSB) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada Oktober 2022 memenangkan gugatan Uni Eropa atas Indonesia terkait kebijakan larangan ekspor bijih nikel, pemerintah Indonesia tetap optimis bahwa hilirisasi komoditas tambang harus terus berjalan.
Saat ini, Indonesia memiliki 26 smelter, terdiri atas 20 smelter nikel, 2 smelter bauksit, 1 smelter mineral besi, 2 smelter tembaga, dan 1 smelter mineral mangan.
Kementerian ESDM menargetkan jumlah smelter di Indonesia akan bertambah 17 tahun ini. Upaya ini sejalan dengan tujuan mendorong hilirisasi untuk memberikan nilai tambah ekonomi atas kekayaan alam, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan negara.
"Akhir-akhir ini kami mengetatkan pemantauan karena tahun 2023 ini semua smelter sudah harus selesai. Artinya sejak awal hingga sekarang kami terus perketat kewajiban pembangunan smelter," ujar Dirjen Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM pertengahan Januari lalu.
Smelter nikel mendominasi
Nikel, yang kerap disebut sebagai "the mother of industry", memiliki peran penting dalam pengolahan mineral logam yang menghasilkan produk turunan untuk banyak sektor yang dibutuhkan manusia, seperti sendok, baterai, telepon genggam, hingga kendaraan.
Indonesia menguasai lebih dari 20 persen total ekspor nikel dunia dan menjadi eksportir nikel terbesar kedua untuk industri baja negara-negara Uni Eropa.
Larangan ekspor bijih nikel dari Indonesia sudah diterapkan sejak Januari 2020 berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun 2019. Bersamaan dengan larangan tersebut, pembangunan smelter nikel dalam negeri juga terus dikebut agar meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut.
Itu sebabnya, tahun lalu dari 5 penambahan semleter baru, seluruhnya merupakan smelter nikel. "Sebagian besar sekali lagi adalah smelter nikel, namun kami terus memantau pembangunan smelter-smelter pengolah komoditas lain," katanya.
Dengan bertambahnya jumlah smelter di Indonesia, pemerintah terus berupaya untuk memanfaatkan sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat. Hilirisasi bahan mentah tambang akan terus dilanjutkan ke komoditas lain seperti bauksit, tembaga, timah, dan emas. Reformasi ekonomi Indonesia terus berlangsung dengan harapan akan membawa manfaat