Kementerian ESDM: Efisiensi Energi Turunkan Emisi Karbon hingga 25%
Indonesia susun lima strategi efisien energi.
Jakarta, FORTUNE - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyebut penurunan emisi karbon dari program efisiensi energi sama besarnya dengan membangun pembangkit listrik EBT.
Mengutip riset Australian Renewable Energy Agency (Arena), kata dia, kontribusi efisiensi energi terhadap dekarbonisasi bisa mencapai 25 persen.
"Saya ingin mengatakan bahwa memiliki energi bersih sama pentingnya bagi kita untuk mengembangkan energi terbarukan dan juga efisiensi energi," ujarnya dalam G20 Webinar Series bertajuk Efficiency Energy: Scaling Up Strategis for Sustainable and Decarbonization Industries, Rabu (29/6).
Dadan melanjutkan, dalam Presidensi G20 sebelumnya di Italia, delegasi berbagai negara juga bersepakat bahwa transisi energi bersih akan mempercepat pertumbuhan dan ketahanan ekonomi; memajukan kerjasama dalam hal teknologi, investasi, perdagangan bebas, serta mengatasi kebutuhan energi saat ini dan masa depan untuk mengurangi emisi global.
Selain itu, transisi energi juga memungkinkan negara-negara untuk mencapai tujuan SDG's 2013 serta Paris Agreement.
Namun baru-baru ini para analisis memperkirakan bahwa target transisi energi dan penurunan emisi yang tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) di masing-masing negara tidak akan mampu membatasi peningkatan suhu rata-rata global di bawah 2 derajat Celcius pada akhir abad 21.
Karena itu, target dalam NDC tersebut perlu direvisi dan diperkuat dengan mendorong pengembangan kebijakan baru, yakni efisiensi energi, serta mengawasi implementasinya.
"Kita semua sadar bahwa efisiensi energi dapat diterapkan dengan cepat dan ini adalah satu-satunya sumber daya yang bisa diproses secara melimpah di semua negara Efisiensi energi memberikan kontribusi terbesar terhadap pengurangan emisi global," tegas Dadan.
Dengan mendorong peningkatan efisiensi yang substansial di semua sektor melalui, misalnya, pembuatan standar penghematan bahan bakar di sektor transportasi serta adaptasi teknologi untuk sektor infrastruktur dan industri, ia yakin dunia dapat memperkuat upaya menurunkan emisi CO2 dan menjaga suhu bumi pada batas aman di bawah 2 derajat Celcius.
Target dan strategi pemerintah
Indonesia sendiri, lanjut Dadan, telah menetapkan target efisiensi energi nasional untuk mengurangi intensitas energi sebesar 1 persen per tahun dan mencapai pengurangan konsumsi energi final sebesar 17 persen dari skenario business as usual pada 2024.
Lebih terperinci, lanjut Dadan, target tersebut akan dicapai dengan lima strategi utama. Pertama, program konservasi energi yang meliputi standardisasi dan sertifikasi pada bangunan serta peralatan rumah tangga dan industri.
"Sampai saat ini kami telah menerapkan peralatan tersebut seperti setrika, kipas angin, pendingin ruangan (AC), dispenser air, penanak nasi, dan tv tentunya, serta pompa air," jelas Dadan.
Kedua, adalah mengimplementasikan program efisiensi dan hemat energi. Dalam hal ini, pemerintah memiliki program transisi dari mobil berbahan bakar minyak ke listrik dan telepon memperkenalkan sejumlah alternatif bahan bakar untuk menggantikan LPG.
Ketiga, pelaksanaan pelayanan manajemen energi berdasarkan ISO 5001 untuk energi dan pertambangan, industri, gedung, serta sektor transportasi.
"Secara khusus kami memiliki sistem pelaporan produksi yang menggunakan energi minimal 6.000 ton setara minyak dan inisiatif tersebut dapat mendorong pengurangan penggunaan energi dengan cara meningkatkan efisiensi energi," jelasnya.
Keempat, penerapan konservasi energi dalam dengan mendorong peran Energy Services Company (ESCO) dalam pendanaan inovatif untuk proyek efisiensi energi. Terakhir, mendorong kesadaran masyarakat. "Khususnya di bidang ini kita melakukan sosialisasi penghematan energi secara masif dan bekerja dengan lebih prioritas dalam kategorinya," tandasnya.