Kinerja Hulu Migas di Akhir Tahun Terkendala Kelangkaan Rig
SKK Migas catat penurunan produksi akibat insiden kebocoran.
Jakarta, FORTUNE - Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) melaporkan industri hulu migas mengalami kesulitan untuk mendapatkan rig untuk memacu pengeboran sumur teridentifikasi di akhir tahun ini.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, situasi tersebut juga berpotensi menyulitkan pencapaian target agresif pengeboran tahun depan yang dipatok sebanyak 1.063 sumur.
“Kami sedang menyusun WP&B (work program & budget) 2023, rencananya pengeboran kami Alhamdulillah sudah teridentifikasi bisa 1.063 sumur. Kami bisa sampaikan saat ini, kami sudah kesulitan untuk mendapatkan rig,” kata Dwi dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII di DPR RI, Kamis (17/11).
Dwi menuturkan, target pengeboran 1.063 sumur tahun depan mesti dilakukan untuk menahan laju penyusutan produksi alamiah atau declined rate di sejumlah lapangan migas andalan pemerintah—yang saat ini sudah lebih dari 50 persen.
Sebelumnya, kegiatan pengeboran masif terbukti efektif menahan laju penyusutan produksi di angka rata-rata 605.000 barel minyak per hari (bopd) dan 5.304 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) gas hingga Oktober 2022. Rerata itu terlihat stabil sejak tahun lalu.
“Kenaikan yang sudah terjadi di beberapa lapangan masih termakan dengan penurunan di EMCL (ExxonMobil Cepu Limited). EMCL memiliki potensi untuk segera mengangkat produksi lewat infill drilling, eksplorasi di clastic structure yang ada di Banyu Urip dan Kedung Keris.Ini yang sedang dalam proses sedang berjalan di proyek-proyek tersebut," tuturnya.
Penurunan produksi di 2022
Dalam kesempatan tersebut, Dwi juga menuturkan bahwa sepanjang 2022 sempat terjadi penurunan produksi minyak akibat insiden di Lapangan Kedung Keris, Banyu Urip. Meski demikian, kini produksi Kedung Keris telah kembali normal di mana produksinya sudah mencapai 18 ribu barel per hari.
"Yang turun di April karena pipa lapangan Kedung Keris di Banyu Urip ini terkena longsor sehingga disetop produksi dari Kedung Keris. Kita kehilangan 10-11 ribu barel per hari tapi kemudian mulai tercover pada Juni," jelasnya.
Selanjutnya, di bulan Juli, terjadi kebocoran di pipa OSEs dan WMO. "Di September juga kena satu lagi offloadinh house yang bocor di EMCL. Offloading ini adalah dari kapal Gagak Rimang untuk offload ke kapal pengangkut. Sehingga harus diperbaiki. Ini lah kejadian yang menyebabkan penurunan-penurunan," tuturnya.
Akibat kejadian-kejadian tersebut, kata Dwi, SKK Migas akhirnya melakukan kegiatan audit dalam hal perawatan wilayah kerja. "Kalau di gas relatively problemnya, yang sangat besar terjadi kebanyakan di BP, tapo potensi kedepan untuk produksi gas cukup bagus karena Jambaran Tiung Biru sudah mulai on stream. Menambah produksi 190 juta MMCFD," tuturnya.
Selain itu ada pula lapangan HCML yang sudah mulai beroperasi pada Desember 2022. "Jadi Desember akan ada dua lapangan onstream, nambahin 120 MMCFD. Awal tahun depan juga akan on stream 1 project lagi di HCML dan satu lagi on stream insyaallah di Maret 2023," tandasnya.
Berdasarkan catatan SKK Migas, realisasi pengeboran KKKS hingga Oktober 2022, sudah mencapai 616 sumur. Adapun, outlook pengeboran hingga akhir tahun sebanyak 800 sumur atau lebih tinggi sedikit dari target rencana kerja 2022 di angka 790 sumur.