Pemerintah Akan Kurangi Produksi Nikel Demi Jaga Harga Tetap Tinggi
Cadangan nikel Indonesia diprediksi habis 2050.
Fortune Recap
- Pemerintah berencana membatasi eksploitasi nikel demi menjaga harga tetap tinggi di pasar global.
- Penyesuaian kebijakan dilakukan untuk merespons kondisi geopolitik dan domestik, namun belum ada jadwal pasti pelaksanaan pembatasan produk nikel.
- Cadangan nikel Indonesia berpotensi habis dalam 25 tahun mendatang jika tak ada eksplorasi lanjutan, sementara investasi untuk eksplorasi termasuk yang terendah di dunia.
Jakarta, FORTUNE - Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyampaikan bahwa pemerintah berencana membatasi eksploitasi nikel demi menjaga harga tetap tinggi di pasar global. Hal ini, menurutnya, kian relevan di tengah tantangan tingginya tensi konflik geopolitik seperti sekarang.
Dengan mengendalikan produksi dan harga, Indonesia juga diharapkan dapat mengambil manfaat lebih dari berbagai komoditas yang dimilikinya. “Nikel kita mulai atur nanti kira-kira produk apa yang nanti di pasar itu jangan sampai over, jadi optimal saja lah. Nanti kita batasi yang mana produk nikel yang kira-kira sudah jenuh di pasar supaya Harga Nikel relatif naik,” ujarnya dalam acara Bisnis Indonesia Economic Outlook, Selasa (10/12).
Meski demikian, Tri belum bisa menyebut kapan pembatasan produk nikel itu bakal berlaku. Yang jelas, penyesuaian kebijakan tersebut dilakukan untuk merespons kondisi geopolitik dan domestik. “Kalau saya sepakat bahwa (dunia) tidak baik-baik saja, tetap ada tantangan. Ini challenge bagi kita supaya kita dengan komoditas yang ada bisa berperan lebih,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Tri juga memaparkan bahwa cadangan nikel Indonesia berpotensi habis dalam 25 tahun mendatang jika tak ada eksplorasi lanjutan. Pasalnya, tiap tahun produksi nikel mencapai 200 juta ton, sementara total cadangan sekitar lima miliar ton.
“Kalau misalnya kita lihat dengan cadangan kita, sekarang produksi ore kita sudah di atas 200 juta ton per tahun. Kalau kita bicara lima miliar, dalam waktu 25 tahun finish, kita mau ngomong apa lagi? Indonesia emas masih 20 tahun lagi, 20 tahun setelah itu Indonesia emas, lima tahun kemudian kita habis,” jelasnya.
Selain itu, dengan tingkat pengurasan nikel yang cukup tinggi, pemerintah terus berupaya menambah cadangan melalui eksplorasi yang dilakukan Badan Geologi. Cara lainnya adalah memberikan empat wilayah penugasan kepada BUMN, BUMD, maupun pihak swasta; melakukan lelang wilayah yang sudah disiapkan; serta melakukan perluasan di daerah WIUP apabila ada potensi keberlanjutan sumber daya cadangan.
Di Indonesia sendiri, menurut Tri, investasi untuk eksplorasi termasuk yang terendah di dunia. Meski di kawasan ASEAN porsi investasi eksplorasi sumber daya mineral Indonesia mencapai sekitar 70 persen, secara regional kawasan ini hanya mengambil porsi 3 persen dari total investasi eksplorasi mineral di dunia.
“Eksplorasi di ASEAN itu termasuk yang terendah di kawasan dunia. Kalau enggak salah hanya 3 persen. Jadi, eksplorasi di negara ASEAN sekitar hanya US$300 juta tiap tahunnya. Dari angka itu, 70 persen ada di Indonesia, tetapi itu dilakukan perusahaan yang sudah punya izin, bukan greenfield, bukan area baru,” jelas Tri.