Pengembangan PLTS Atap Baru Capai 140 MW Hingga Akhir 2023
Potensi energi surya di Indonesia capai 3,3 TwH.
Fortune Recap
- Pengembangan PLTS Atap baru mencapai 140 MW dari target 2000 MW, dan pemerintah perlu mendorong percepatan pengembangan dengan revisi Permen ESDM No.26/2021.
- PLTS Atap masih kurang dari 1 persen pemanfaatannya di Indonesia, namun harga PLTS kian turun sehingga dapat menurunkan BPP dan mendorong efisiensi nasional.
- Permen ESDM No.2/2024 mengatur instalasi PLTS Atap baik untuk PLN wilayah usaha non PLN, dengan target produksi modul surya dalam negeri sekitar 3,3 juta panel tiap tahun.
Jakarta, FORTUNE - Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, mengatakan pengembangan PLTS Atap sejak 2018 hingga Desember 2023 baru mencapai 140 MW.
Rendahnya capaian tersebut membuat pemerintah perlu mendorong percepatan pengembangan PLTS Atap dengan mengubah Peraturan Menteri (Permen) ESDM No.26/2021.
Beleid tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap yang Terhubung pada Jaringan Tenaga Listrik Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum itu kini direvisi menjadi Permen ESDM No.2/2024 yang disosialisasikan di Kementerian ESDM, Selasa (5/3).
"Pemerintah memandang bahwa implementasi PLTS Atap belum mencapai potensi optimalnya. Kami yakin tantangan ini dapat diatasi dengan kerja keras, inovasi dan kolaborasi seluruh stakeholders baik pemerintah akademisi, badan usaha dan masyarakat," kata Jisman saat membuka acara sosialisasi tersebut.
Dia menuturkan bauran energi primer Indonesia saat ini masih didominasi energi fosil. Padahal, Indonesia memiliki sumber energi baru dan terbarukan (EBT) yang melimpah, dengan total lebih dari 36 TwH yang 3,3 Twh di antaranya berasal dari energi matahari.
Karena itu, pemerintah terus mendorong percepatan bauran EBT agar terus meningkat tiap tahunnya.
Melalui RUPTL PLN 2021-2030, misalnya, porsi pembangkit EBT direncanakan mencapai 52 persen atau lebih tinggi dari penambahan porsi pembangkit fosil yang hanya 48 persen.
Urgensi PLTS Atap
Jisman menganggap penting dorongan bagi pembangunan PLTS karena pemanfaatannya di Indonesia masih kurang dari 1 persen.
Di sisi lain, tren harga PLTS dari tahun ke tahun terus menurun sehingga pemanfaatan PLTS secara masif dapat menurunkan BPP dan mendorong efisiensi nasional.
Jika bisa dioptimalkan, pemanfaatan PLTS dapat meningatkan capaian bauran EBT nasional yang masih berkisar 13 persen hingga akhir 2023.
"Memasang PLTS atap merupakan langkah cerdas untuk masa depan berkelanjutan dan hemat energi," ujar Jisman.
Dia menjelaskan Permen baru tersebut mengatur pemasangan PLTS Atap baik untuk PLN wilayah usaha non PLN.
Diperkirakan program PLTS Atap juga bisa mendorong produksi modul Surya dalam negeri dengan target 1 GW PLTS Atap yang terhubung jaringan PLN, dan sekitar 0,5 GW dari non PLN tiap tahun.
"Dengan asumsi kapasitas 1 modul surya 450 watt peak, maka diperkirakan produksi sekitar 3,3 juta panel surya tiap tahun," tuturnya.
Di samping itu, pengembangan PLTS Atap juga dinilai akan mendorong tumbuhnya produksi modul surya di Indonesia.
"Di sisi hulu kita memiliki sel silika yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung industri solar cell. Dengan demikian, program ini dapat mendukung rencana pembangunan industri solar cell yang sudah kita rencanakan ada di Jawa Tengah, Pulau Batam, dan di Rempang," kata Jisman.