Pertamina Investasi Rp47 M untuk CCUS Jatibarang, Berapa di Masela?
Blok Masela ditargetkan dapat beroperasi pada 2029.
Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan investasi perusahaannya untuk teknologi carbon capture utilization and storage (CCUS) di Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat mencapai US$3 juta atau sekitar Rp47 miliar.
Teknologi tersebut tidak saja mampu menekan emisi gas CO2 yang dibuang, melainkan juga meningkatkan produksi dengan cara enhanced oil and gas recovery (EOR/EGR).
Kini, perseroan tengah mengkaji penerapan CCUS dan EOR/EGR pada proyek lapangan Gundih di Cepu, Jawa Tengah, serta dalam bentuk MoU dengan JAPEX dan Lemigas pada proyek Lapangan Sukowati.
"Itu (investasi) kami di Jatibarang US$3 juta dan kami kerja sama dengan pemilik teknologi dari Jepang. Di Sukowati mungkin dua atau tiga kalinya karena itu lebih besar," ujarnya dalam rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR RI, Senin (10/9).
Rencananya, penggunaan CCUS oleh Pertamina dalam rangka dekarbonisasi akan dilakukan di sejumlah lokasi. Selain di Jatibarang yang telah berjalan, studi penggunaan CCUS dilakukan juga di Sukowati, Gundih, Ramba, Subang, Akasia Bagus dan Betung.
Secara total, potensi dekarbonisasi di seluruh area Pertamina Hulu Energi (PHE), sebagai Subholding Upstream Pertamina, di kisaran 15 juta ton carbon equivalent (CO2e).
Kini Pertamina juga tengah menyiapkan penggunaan teknologi CCUS dalam rencana pengembangan (PoD) Blok Masela. Harapannya, ketika produksi Blok Masela dimulai pada 2029, teknologi tersebut juga dapat digunakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menghasilkan produk lebih ramah lingkungan.
"Pemerintah sudah mengeluarkan regulasi baru bulan Februari di mana proses gas di upstream harus melakukan CCUS sehingga yang dihasilkan adalah blue energy," katanya.
Investasi CCUS di Masela
Kendati demikian, Nicke mengatakan investasi CCUS di Blok Masela saat ini belum dapat ditaksir. Sebab, untuk dapat memperkirakan biaya tersebut, perlu ada studi lebih lanjut untuk mengetahui potensi CO2 yang bisa disuntikkan.
"Kami harus tahu CO2-nya datang dari mana. Kalau CO2-nya dekat, tentu kita bisa bangun pipa di situ. Tetapi kalau jauh itu kita harus likuifaksi CO2-nya lalu kita angkut pakai kapal baru bisa di-inject," jelasnya. "Kalau di Subang kami bawa, kami suntik di Jatibarang itu lebih simple. Tapi kalau besar (potensi CO2-nya) kita harus petakan dulu kemudian transportasinya menggunakan apa," ujarnya.
Pada akhir Juli lalu, di sela-sela IPA Convex 2023, Pertamina telah menandatangani MoU dengan POSCO International untuk menghitung potensi CO2 yang bisa disuntikkan. Di samping itu, Pertamina juga telah menemukan potensi penyimpanan karbon di Cekungan Sunda-Asri dengan kapasitas 2 giga ton CO2.
"Jadi, kita sedang mapping kemarin di IPA event kita tanda tangan dengan POSCO. Nanti kita lihat dari POSCO yang di Batam itu barangkali bisa kita inject di Sunda Asri basins di situ ada potensi 2 gigaton," katanya.