Jakarta, FORTUNE - PT PLN (Persero) menyatakan komposisi bauran energi baru terbarukan (EBT) dalam pembangkit listrik yang dikelola oleh perusahaan telah mencapai 12,6 persen hingga Juli 2022.
Meski demikian, Executive Vice President Perencanaan dan Enjiniring Energi Baru Terbarukan PLN Cita Dewi mengatakan angka tersebut masih jauh dari target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025.
"Kami harus mencapai target tahun ini sebesar 12,7 persen dan kami masih memiliki gap untuk mencapai angka bauran energi 23 persen pada tahun 2025," ujarnya dalam agenda paralel G20 bertajuk Energy Transition Project Facilitation, seperti dikutip Antara, Rabu (31/8).
Cita menuturkan, pemerintah melalui PT PLN terus mendukung akselerasi bauran EBT seperti tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
Dakan dua beleid tersebut, PLN memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan bauran energi dan mempersiapkan peta jalan transisi energi untuk mendukung Indonesia dalam mewujudkan target karbon netral pada tahun 2060.
Dalam hal ini, strategi yang disiapkan PLN tidak hanya dari sisi penawaran atau supply, melainkan juga dari sisi permintaan atau demand. Hal itu dirumuskan baik dalam jangka pendek hingga tahun 2030 maupun jangka panjang sampai tahun 2060.
"Untuk tahun 2030 kami sudah memiliki beberapa program yang sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang sudah dikeluarkan pemerintah pada akhir tahun lalu," kata Cita.
Sebagai informasi, RUPTL tersebut mematok target pembangunan pembangkit EB PLN sebesar51,6 persen atau 20,93 gigawatt. Rinciannya: pembangkit tenaga hidro 10,4 gigawatt, pembangkit panas bumi 3,4 gigawatt, pembangkit solar fotovoltaik 4,7 gigawatt, dan energi terbarukan lainnya sebesar 2,5 gigawatt sampai tahun 2030 mendatang.
Butuh dukungan berbagai pihak
Selain pembanngkit-pembangkit tersebut, PLN juga menjalankan program konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke energi baru terbarukan dengan total 499 megawatt yang akan menurunkan pemakaian BBM sebanyak 67 ribu kiloliter, menurunkan emisi karbon dioksida sebesar 0,3 ton, serta meningkatkan bauran energi sebesar 0,15 persen.
Saat ini, PLN memiliki 5.200 unit pembangkit listrik diesel yang tersebar di 2.130 lokasi di Indonesia dengan total konversi mencapai 1.873 megawatt.
Kemudian, perseroan juga mengembangkan biomassa untuk co-firing PLTU batu bara agar dapat mengurangi emisi karbon dari pembangkit listrik.
"Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya energi, salah satunya biomassa (co-firing) itu akan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan energi baru terbarukan pada tahun 2025 dengan kontribusi yang kami harapkan sebesar 3 persen," kata Cita.
Kendati demikian, Citra menegaskan bahwa PLN tidak bisa bekerja sendiri dalam mewujudkan program transisi energi dan mencapai target netralitas karbon. Butuh dukungan pemerintah, pemangku kepentingan, maupun konsumen baik dari sisi permintaan maupun sisi suplai.
Dari sisi permintaan, misalnya, PLN telah menerbitkan sertifikat energi terbarukan atau REC yang menjadi bukti kepemilikan sertifikat berstandar internasional untuk produksi tenaga listrik dari pembangkit energi terbarukan.
Terdapat pula program lain dari sisi permintaan untuk mendorong ekosistem kendaraan listrik melalui penyiapan infrastruktur pengisian baterai kendaraan yang memadai di banyak daerah di Indonesia.