Fortune Recap
- Sektor manufaktur padat karya tetap tumbuh pada kuartal III-2024, dengan pertumbuhan sub-sektor tekstil 7,4 persen dan serapan tenaga kerja mencapai 4,79 juta orang.
- Angka pengangguran turun menjadi 4,91 juta orang, menunjukkan pemulihan pascapandemi dengan angka pengangguran di bawah level pra-pandemi pada Agustus 2019.
Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa sejumlah industri di Indonesia, terutama sektor padat karya seperti tekstil, sedang menghadapi tantangan ekonomi. Beberapa perusahaan bahkan mengalami kesulitan hingga terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk kebangkrutan perusahaan besar tekstil PT Sri Rejeki Isman (Sritex).
"Kita tidak bisa mengabaikan bahwa ada masalah di industri yang perlu kita tangani," ujarnya dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR, Rabu (13/11).
Meski demikian, ia menyampaikan bahwa sektor manufaktur padat karya tetap tumbuh pada kuartal III-2024, dengan kenaikan 4,72 persen. Sub-sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) tumbuh 7,4 persen, alas kaki di bawah 10,1 persen, dan furnitur tumbuh 6,8 persen.
Dia juga menekankan bahwa secara makro, kinerja industri masih cukup baik, meskipun angka tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Di sisi lain, serapan tenaga kerja pada sektor industri mencapai 4,79 juta orang pada kuartal III-2024, dengan jumlah penduduk bekerja naik menjadi 144,6 juta. Tingkat pengangguran yang turun menjadi 4,91 juta orang menunjukkan pemulihan pascapandemi dengan angka pengangguran kembali ke level di bawah pra-pandemi pada Agustus 2019, yakni 5,23 persen.
"Pascapandemi unemployment sempat melonjak 7,07 persen, sekarang sudah turun di bawah 5 persen. Artinya sudah di bawah level pre-pandemi 5,23 persen tahun 2019. Ini momentum yang harus dijaga. Growth creating job penting, akhirnya masyarakat bisa menikmati kue ekonomi yang naik penciptaan lapangan kerja," ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa angka kemiskinan juga turun menjadi 9,03 persen, lebih rendah dibandingkan dengan periode pra-pandemi sebesar 9,41 persen.