Subsidi dan Kompensasi Energi 2024 Menyusut Jadi Rp329,9 Triliun
Outlook subsidi dan kompensasi energi tahun ini turun 36,1%.
Jakarta, FORTUNE - Pemerintah menurunkan anggaran subsidi dan kompensasi energi menjadi Rp329,9 triliun pada 2024. Jumlah tersebut lebih rendah 6,3 persen dari outlook tahun ini yang diperkirakan mencapai Rp352,2 triliun.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menjelaskan anggaran subsidi energi ditetapkan Rp185,87 triliun, yang terbagi untuk belanja subsidi jenis BBM tertentu (solar) dan LPG 3 kilogram sebesar Rp110,04 triliun dan subsidi listrik Rp75,83 triliun. Sementara, kompensasi ditetapkan Rp144,03 triliun.
"Dalam hal ini (subsidi) LPG jumlah volumenya dapat mengakomodir 8,0 juta ton. Listrik 450-900 VA yang masuk DTKS sedangkan solar subsidi tetapnya Rp1000," ujarnya dalam konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan 2024 di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Rabu (16/8).
Menurut Sri Mulyani, penurunan subsidi dan kompensasi 2024 disebabkan rendahnya outlook tahun. Berdasarkan proyeksi pemerintah, hingga akhir tahun serapan subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp352,2 triliun atau turun 36,1 persen dibandingkan dengan 2022.
"Kalau kita lihat pada tahun ini anggaran alokasi subsidinya cukup besar, namun outlooknya sampai akhir tahun tidak akan sesuai yang kita targetkan karena tadi harga minyak cukup rendah dan kursnya sekarang lebih tinggi dalam artian mendekati Rp15.000 (per US$)," katanya.
Di samping itu, penurunan subsidi dan kompensasi tersebut juga dipengaruhi asumsi makro APBN yang mengasumsikan harga minyak mentah Indonesia US$80 per barel dan nilai tukar rupiah Rp15.000 per US$.
"Makanya dengan volume dari Pertamina untuk lebih targeted dan PLN untuk bisa dikendalikan kami perkirakan total subsidi energinya Rp329,9 triliun," ujarnya.
Tren subsidi dan kompensasi sejak 2019
Dalam kesempatan tersebut, dia juga menyampaikan perkembangan volume penyaluran BBM jenis solar periode 2019–2023 yang cenderung mengalami kenaikan dari realisasi penyaluran.
Pada 2019, realisasinya mencapai 16,2 juta kilo liter, sementara pada tahun lalu totalnya mencapai 17,6 juta kilo liter. Pada tahun ini, kuota penyaluran BBM jenis solar mencapai 17 juta kiloliter.
Sementara itu, penyaluran BBM jenis minyak tanah relatif stabil mencapai 500.000 kiloliter per tahun.
Terakhir, volume penyaluran LPG tabung 3 kg mengalami tren peningkatan dari realisasi penyaluran 6,8 juta metrik ton pada 2019 menjadi 7,8 juta metrik ton pada 2022. Pada tahun ini, realisasi penyaluran LPG tabung 3 kg pada APBN tahun 2023 sebanyak 8,0 juta metrik ton.
Di sisi lain, realisasi subsidi listrik selama periode 2019–2022 mengalami peningkatan rata-rata 2,2 persen, dari semula Rp52,66 triliun pada 2019 menjadi Rp56,24 triliun pada 2022. Dalam outlook 2023, subsidi listrik diperkirakan mencapai Rp70,88 triliun.