NEWS

Tingkat Daur Ulang Cuma 5%, Ekonomi Sirkular Indonesia Jauh Tertinggal

Bappenas siapkan peta jalan ekonomi sirkular Indonesia.

Tingkat Daur Ulang Cuma 5%, Ekonomi Sirkular Indonesia Jauh TertinggalMenteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa. (Tangkapan layar)
03 July 2024

Fortune Recap

  • Menteri Bappenas tekankan rendahnya ekonomi sirkular di Indonesia
  • Perhitungan Bappenas: input material sirkuler baru 9%, daya tahan produk 4%, daur ulang 5%
  • Pemerintah luncurkan peta jalan ekonomi sirkular dan rencana aksi nasional
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan dan Pembagunan Nasional Suharso Monoarfa mengatakan, tingkat ketercapaian ekonomi sirkular oleh pemerintah dan pelaku usaha di Indonesia masih rendah. Untuk itu, pemerintah terus mendorong penerapan 9R (Refuse, Rethink, Reduce, Reuse, Repair, Refurbish, Remanufacture, Repurpose, dan Recycle) yang mencakup intervensi di seluruh rantai nilai (value chain).

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan Bappenas di lima sektor prioritas—yaitu pangan, elektronik, kemasan plastik, konstruksi, dan tekstil—, tingkat input material sirkuler baru di angka  9 persen, sedangkan tingkat daya tahan produk 4 persen, dan tingkat daur ulang 5 persen.

"Capaian tersebut sangat rendah jika dibandingkan negara-negara lain. Diperlukan penguatan, perencanaan dan strategi untuk unlocking berbagai manfaat yang telah dipetakan dengan mengacu pada frame work 9R tadi," ujarnya dalam pembukaan Green Economy Expo 2024, Rabu (3/7).

Suharso juga menuturkan Kementerian PPN/Bappenas telah meluncurkan Peta Jalan & Rencana Aksi Nasional Ekonomi Sirkular Indonesia 2025-2045 serta Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan Dalam Mendukung Pencapaian Ketahanan Pangan Menuju Indonesia Emas 2045.

“Melalui kerja sama dengan berbagai pihak, telah tersusun peta jalan dan rencana aksi ekonomi sirkuler, serta peta jalan penurunan susut dan sisa pangan yang diluncurkan pada hari ini,” tuturnya.

Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim dengan menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045. Adapun penurunan intensitas emisi gas rumah kaca (GRK) menuju emisi net zero (net zero emission) dilakukan salah satunya melalui ekonomi hijau yang berlandaskan pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim.

Related Topics