Kenaikan Harga Pangan Akhir Tahun Ini Tidak Terduga
Pedagang kaget kenaikan terjadi dalam waktu lama.
Jakarta, FORTUNE - Menjelang akhir tahun, harga cabai rawit, minyak goreng, dan telur ayam lagi-lagi melambung. Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan, harga sejumlah komoditas bahan pangan tersebut memang sedang naik, tapi harga kebutuhan pokok secara keseluruhan relatif stabil.
“(Kenaikan harga ini) karena ada komoditas yang sedang recovery dan ada yang kenaikannya sementara,” kata Oke kepada Fortune Indonesia, pada Senin (27/12), sembari menambahkan bahwa ketersediaan pasokan masih terjamin.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) pada pekan kedua Desember 2021 menunjukkan harga cabai rawit mencapai Rp71.150 per kg, naik 99,3 persen dari Rp35.700 per kg pada bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Situasi sama mendera minyak goreng, yang harga sebulanannya naik 7,5 persen menjadi Rp19.350 per kg. Akan hal telur ayam, harganya naik 1,8 persen menjadi Rp25.750 per kg.
Menurut Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Reynaldi Sarijowan, kenaikan harga ketiga komoditas tersebut tidak wajar dan baru pertama kali terjadi.
“Tiga komoditas yang cukup mengagetkan masyarakat khususnya emak-emak ini membuat kita semua menjadi cukup sulit menghadapi perpindahan tahun ini. Jujur kami tidak menduga bahwa kenaikan harga pangan yang relatif panjang dan tinggi ini terjadi di akhir tahun 2021,” katanya kepada wartawan.
Ikappi menyebut harga cabai rawit saat ini telah lebih dari Rp100 ribu per kg, dan harga telur sekitar Rp28 ribu per kg.
Upaya Kemendag
Menurut Oke Nurwan, harga cabai rawit naik karena hambatan suplai seiring berlalunya masa panen. Namun, Kementerian Perdagangan telah meminta petani mempercepat masa panen pada Februari 2022. Dengan begitu, harga cabai rawit diharapkan berangsur-angsur turun.
Harga minyak goreng melejit beriring kenaikan harga komoditas minyak sawit (crude palm oil/CPO). Menurut Oke, pemerintah tengah mengupayakan dua kebijakan untuk memitigasi kenaikan harga minyak goreng tersebut: menyediakan 11 juta liter minyak melalui operasi pasar, serta mencabut larangan peredaran minyak goreng curah.
Lonjakan harga telur ayam memiliki penyebab kompleks. Kata Oke, kenaikan harga terjadi karena lonjakan permintaan terhadap komoditas tersebut, di antaranya dari kebutuhan bantuan sosial (bansos).
Pada saat sama, suplainya terbatas. Sebab, dalam beberapa bulan terakhir ketika harga komoditas itu terkoreksi, para peternak disinyalir memotong ayamnya sebagai pedaging. Perkara itu juga belum termasuk harga pakan ternak yang masih tinggi.
Dalam hematnya, harga akan kembali normal ketika kebutuhan untuk bansos mereda, dan terjadi repopulasi ayam.