Disinggung Gibran saat Debat Cawapres, Ini Profil Tom Lembong
Aktif di dunia perbankan hingga penyusun pidato Jokowi.
Jakarta, FORTUNE - Dalam debat calon wakil presiden (cawapres) Pilpres 2024 yang dilangsungkan Minggu malam (21/1), nama Tom Lembong menjadi sorotan. Hal itu terjadi ketika calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, beberapa kali menyebutnya dalam sesi tanya jawab. Gibran menyinggung Tom Lembong terutama terkait isu Lithium Ferro Phosphate (LFP).
Ia mengajukan pertanyaan kepada cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau akrab dikenal dengan panggilan Cak Imin. Gibran menyoroti penggunaan LFP yang sering dibicarakan oleh tim sukses paslon nomor urut 1, namun seakan Cak Imin kurang memahami mengenai isu tersebut.
"Kita sekarang itu adalah negara yang punya cadangan nikel terbesar sedunia, ini kekuatan kita, ini bargaining kita, jangan malah membahas LFP itu sama saja mempromosikan produknya China Pak. Saya tidak tahu Pak Tom Lembong dan timsesnya sering gak diskusi dengan cawapresnya, masa cawapresnya gak paham?," ucap Gibran.
Lalu siapakah sosok sebenarnya Tom Lembong yang masuk tim sukses Anies-Muhaimin (Amin)?
Mantan kepala BKPM era Pemerintahan Jokowi
Meskipun Tom Lembong dikenal sebagai penyokong AMIN, ternyata pria tersebut merupakan mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di pemerintahan Jokowi. Tom Lembong sendiri merupakan figur yang memiliki karir cemerlang di dunia keuangan dan pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan Indonesia dan Kepala BKPM. Ia juga dikenal sebagai penulis beberapa pidato ikonik untuk Presiden Jokowi.
Ia tercatat terakhir kali melaporkan harta kekayaannya, pada Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 30 April 2020. Tom Lembong saat itu menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dengan total harta yang dimilikinya mencapai Rp101,57 miliar.
Pria yang bernama asli Thomas Trikasih Lembong itu, lahir pada 4 Maret 1971. Ia memperoleh gelar sarjana di bidang arsitektur dan tata kelola dari Universitas Harvard pada tahun 1994. Setelah menyelesaikan pendidikan, Tom memulai karirnya di Divisi Ekuitas Morgan Stanley di New York dan Singapura pada tahun 1995. Ia kemudian menjadi bankir investasi di Deutsche Securities Indonesia pada periode 1999-2000.
Aktif di dunia perbankan hingga susun pidato Jokowi
Karir Tom cukup cemerlang. Pada tahun 1998-1999, ia bekerja di Deutsche Bank Jakarta. Kala itu, Tom terlibat dalam rekapitalisasi dan merger beberapa bank besar, termasuk Bank Bumi Daya, Bank Eksim, Bank Dagang Negara, dan Bank Bapindo menjadi Bank Mandiri.
Selama krisis moneter 1998, Tom juga dipercaya menjabat sebagai Senior Vice President dan Kepala Divisi penanggung jawab restrukturisasi dan penyelesaian kewajiban Salim Group terhadap negara, terkait runtuhnya Bank BCA.
Tom Lembong terlibat dalam dunia politik sejak tahun 2013, ketika ia menjadi penasihat ekonomi dan penulis pidato untuk Gubernur DKI Jakarta saat itu, Joko Widodo (Jokowi). Perannya diteruskan selama masa jabatan pertama Jokowi sebagai Presiden.
Pada tahun 2015-2016, Tom diangkat oleh Jokowi sebagai Menteri Perdagangan. Selanjutnya, ia didapuk sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dari 2016 hingga 2019.
Tom Lembong juga dikenal sebagai otak di balik beberapa pidato ikonik Jokowi, seperti pidato "Game of Thrones" di pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali pada 2018, dan pidato "Thanos" di Forum Ekonomi Dunia. Selain aktif di dunia politik, Tom memiliki peran dalam dunia bisnis. Pada Agustus 2021, ia diangkat sebagai Ketua Dewan PT Jaya Ancol, satu-satunya Badan Usaha Milik Pemerintah Provinsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tom Lembong mendirikan Consilience Policy Institute, sebuah lembaga pemikir di Singapura yang memperjuangkan kebijakan ekonomi internasionalis dan reformis di Indonesia. Ia juga terlibat sebagai anggota Dewan Penasihat Internasional Institut Kajian Strategis Internasional (IISS) di London dan Dewan Penasihat Internasional Plastic Omnium, perusahaan komponen otomotif di Perancis.
Berkat kontribusinya, Tom meraih sejumlah penghargaan, termasuk Pemimpin Muda Global oleh Forum Ekonomi Dunia pada 2008 dan Asia Society Australia-Victoria Distinguished Fellowship pada 2017. Tak berhenti di situ, pada tahun 2020, ia menerima penghargaan Gwanghwa Medal dari Korea Selatan.