Terpilihnya Trump Berisiko Mengulang Perang Dagang AS-Tiongkok
Antisipasi Trump, bunga The Fed diprediksi turun 50 bps.
Fortune Recap
- Terpilihnya Donald Trump pada Pilpres AS 2024 berisiko memicu perang dagang dengan Tiongkok seperti 2018
- AS memberlakukan tarif impor tinggi, termasuk kepada negara ASEAN dan Indonesia untuk mengurangi defisit perdagangan
- Surplus perdagangan Indonesia dengan AS mengalami kenaikan paling kecil dibandingkan negara ASEAN lainnya menurut Chief Economist Citibank, N.A., Indonesia
Jakarta, FORTUNE - Terpilihnya Donald Trump pada kontestasi Pilpres Amerika Serikat (AS) 2024 dikhawatirkan bakal berisiko mengulang Perang Dagang antara AS dan Tiongkok yang sempat terjadi 2018 silam. Hal itu terjadi lantaran AS memberlakukan tarif impor tinggi, khususnya bagi semua produk dari Tiongkok.
Chief Economist Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia), Helmi Arman berpandangan bahwa penerapan bea impor yang tinggi dilakukan AS kepada seluruh produk-produk luar negeri termasuk negara di ASEAN termasuk Indonesia untuk mengurangi defisit perdagangan.
“Analisis kami terhadap risiko perang dagang ini menunjukkan bahwa surplus perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat memang mengalami kenaikan paling kecil dibandingkan negara ASEAN lainnya,” jelas Helmi di Jakarta, (13/11).
Antisipasi kebijakan Trump, bunga The Fed diprediksi turun 50 bps
Di sisi lain, Helmi juga menilai bahwa bank sentral AS (The Fed) akan mengantisipasi kebijakan perdagangan dari Pemerintahan Trump ke depan. Untuk itu, suku bunga acuan The Fed diperkirakan akan ikut melonggar pada akhir tahun ini. Apalagi, kondisi inflasi AS masih menjadi perhatian khusus bank sentral.
“Dengan mempertimbangkan perkembangan pasar tenaga kerja dan inflasi, Citi masih memperkirakan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya pada Desember mendatang sebesar 50 basis point,” kata Helmi.
Seperti diketahui, indikator inflasi AS mencatatkan angka yang hampir mendekati target Fed, dengan tingkat inflasi inti mencapai 2,7 persen pada kuartal III-2024.
Perang dagang dikhawatirkan ganggu ekonomi RI
Sementara itu, pandangan yang sama juga disampaikan oleh Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Sunarso yang mengkhawatirkan terulangnya perang dagang AS-Tiongkok.
Hal itu disampaikan Sunarso dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI Rabu (13/11). Dia menilai, kebijakan Trump akan lebih protektif dalam perdagangan antar negara. Kondisi ini dikhawatirkan menimbulkan respons yang keras dari Pemerintahan Tiongkok. Bahkan, kondisi itu juga dapat berdampak ke ekonomi Indonesia.
"Kalau ternyata Tiongkok membalas dengan perang dagang, itu akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi kita itu hanya sekitar 4,7 sampai 5,03 persen. Apalagi kalau negara negara lain juga membalas proteksionisme Amerika, itu dampaknya lebih buruk lagi," ujarnya.
Seperti diketahui sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 hanya mencapai 4,95 persen secara tahunan (yoy). Kondisi ini melambat bila dibandingkan dengan posisi kuartal II-2024 yang tumbuh 5,05 persen (yoy).