Jakarta, FORTUNE - Transformasi kini sudah tidak asing dengan penggunaan teknologi dan digital pada sebuah perusahaan. Tak terkecuali salah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia dengan peran strategisnya sebagai penyedia kelistrikan di Indonesia—Perusahaan Listrik Negara (PLN)—yang memiliki tahap dalam proses transformasi.
VP Digitalisasi Kelistrikan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Agus Trisusanto, mengatakan bahwa PLN memiliki transformasi yang diberi nama ‘Transformasi Jilid 2’ dengan sebutan moonshot.
“Moonshot-nya ada 3 goal-nya. Kalau tadi yang pertama (Transformasi Jilid 1) ada 4, yang sekarang ada 3. Yang pertama adalah growth. Growth-nya ini berarti bagaimana menumbuhkan keuangan PLN lebih kuat lagi. Kemudian yang kedua adalah digital moonshot. Tetap digital masuk di sana. Keterlibatan digital diperlukan. Yang ketiga, kami akan memimpin dari sisi net zero emission (NZE). Karena NZE ini sudah di-state oleh PLN bahwa di tahun 2060 kami berjanji tidak akan menggunakan lagi pembangkit-pembangkit yang berbahan bakar fosil,” ujar Agus ketika menjadi pembicara pada Fortune Indonesia Summit 2024 yang diselenggarakan di The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (7/3).
Pemanfaatan PLN dengan teknologi Artificial Intelligence (AI)
Penggunaan teknologi AI sudah banyak digunakan untuk membantu banyak perusahaan, salah satu contohnya adalah saat PLN memiliki 85 juta pelanggan, data-data tersebut dielaborasikan dengan teknologi AI yang ada.
“Dengan PLN Mobile yang sekarang, ada fitur Swacam, pelanggan tinggal foto di kWh meter. Setelah itu akan melalui optical character recognition (OCR). Jadi, langsung bisa mengenali berapa angka meteran, kemudian langsung masuk ke server kami dan menghitung billing-nya, bayar bulanan dari rekening listriknya. Nah, itu sudah pemanfaatan AI dari sisi customer,” tutur Agus.
Selain memanfaatkan dalam bentuk digital untuk mengatur data-data perusahaan, PLN juga memanfaatkan AI untuk bagian pembangkitan. Seperti sebelum adanya AI, membersihkan cerobong asap penghasil listrik harus memakai zat kimia yang disemprot, tetapi petugas harus mengecek kembali kebersihan dari cerobong asap tersebut.
“Dengan adanya AI sekarang, komposisi zat kimianya berapa, kemudian berapa liter yang harus digunakan, semprotnya di mana saja, itu bisa lebih akurat. Dari situ saja kita sudah dapat efisiensi. Belum lagi misalkan prediction untuk demand, kebutuhan listrik di masyarakat. Jadi, operasional PLN seperti ini, kami menyalakan mesin itu berdasarkan kebutuhan listrik yang ada di customer,” jelas Agus Trisusanto. (WEB)