Jakarta, FORTUNE - Ruth Pearce, Manajer Proyek North Carolina, jarang keluar rumah dalam tiga tahun terakhir. Bahkan dia juga berhenti berolahraga, makan terburu-buru, kurang tidur, hingga akhirnya meneguk minuman beralkohol demi menghilangkan stres. Berantakan pola hidupnya.
“Saya tak memiliki energi (saat itu). Itu membunuh,” ujar Pearce kepada Fortune.com, dikutip Senin (16/11).
Lima tahun kemudian, Pearce memutuskan menjadi pelatih profesional di Project Motivator. Menjadi alarm pengingat bagi para pekerja untuk memerhatikan diri sebelum mereka mengalami kelelahan fisik, emosional, dan mental (burnout).
Anda mungkin familier dengan pengalaman Pearce, khususnya selama bekerja dari rumah hampir dua tahun belakangan. Terkungkung di ruang kerja ataupun kamar jadi tak terelakkan. Batas antara kehidupan profesional dan personal pun kian menipis.
Dampak Burnout
Human Resource Executive (2020) melaporkan hampir 70 persen pekerja beralih ke sistem bekerja jarak jauh akibat COVID-19. 45 persen di antaranya mengaku bekerja lebih lama dalam sepekan ketimbang sebelumnya. Jumlah orang tua yang mengasuh anak sembari menekuni tugas mereka pun bertambah.
Jajak pendapat dari Indeed (2021) menunjukkan kelelahan fisik dan emosional meningkat. Lebih dari 43 persen pekerja mengaku mengalaminya. Bagi 80 persen di antara mereka, pandemi merupakan salah satu penyebabnya.
Penulis buku The Burnout Epidemic, Jennifer Moss, mengatakan bahwa pengabaian atas ciri-ciri burnout berdampak negatif. “Bukan hanya dari segi biaya (perawatan), melainkan juga human cost yang tidak masuk akal,” ujarnya.
Ciri-ciri Burnout Kerja
Untuk itu, penting bagi Anda untuk mengenali ciri-ciri burnout kerja. Berikut perinciannya.
- Anda merasa tidak terhubung dengan pekerjaan dan hobi
Perhatikan berapa kali Anda menanyakan “untuk apa saya melakukan ini semua?” setiap kali selesai rapat virtual. “Bila biasanya bersemangat bekerja, tapi kehilangan asa itu dari hari ke hari selama 7–10 hari, mulai perhatikan diri Anda,” ujar Pearce.
- Kamu berhenti melakukan rutinitas
Karena pemisah antara kehidupan profesional dan personal makin tak terlihat, orang-orang tanpa sadar tidak tahu kapan harus berhenti bekerja. Bahkan, Anda akan menghentikan rutinitas yang biasanya Anda lakukan sebelum pandemi.
Moss berujar, “berpegang teguh dengan rutinitas yang sehat adalah kunci penting mencegah burnout.”
- Anda menjadi lebih sinis dan emosional
Burnout membuat Anda lebih sinis dan sulit mengendalikan emosi hingga akhirnya mudah marah dengan rekan kerja, teman, atau keluarga. Itu bagai jebakan yang takkan lepas dengan mudah.
- Anda merasa sulit berkonsentrasi
Kondisi emosi yang tidak terkontrol akan membuat Anda sulit berkonsentrasi. Akibatnya, Anda mungkin akan lupa dengan jadwal rapat, melewatkan janji, hingga kesulitan berinteraksi dengan rekan kerja atau klien.
- Anda merasa lelah fisik dan mental Anda
Stres kronis dapat berujung pada menurunnya kesehatan fisik. Alhasil, Anda akan merasa lelah, baik secara emosional maupun fisik. Jika itu terus terjadi dua sampai tiga kali dalam sepekan—atau lebih—maka itu merupakan tanda bahaya.