Karakteristik Pekerja Gen Z: Pekerjaan Sampingan Itu Oke!
Gen Z tekuni pekerjaan sampingan demi siapkan masa pensiun.
Jakarta, FORTUNE - Generasi Z (Gen Z) memiliki pandangan berbeda tentang pekerjaan sampingan dibanding generasi pendahulu. Ini ulasan tentang karakteristik pekerja Gen Z terkait hal tersebut.
Laporan 2023 EY Gen Z Segmentation Study menyebut, empat puluh persen Gen Z (populasi yang lahir antara 1997-2007) mengaku menghasilkan uang baik dari pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, di antaranya: Gen Z yang meninjau kembali norma-norma di tempat kerja dan memilih tak mengabdikan diri sepenuhnya pada karier mereka, di tengah menghadapi pasar kerja yang semakin ketat sehingga membuat mereka takut akan kondisi keuangan di masa depan.
Lewat pekerjaan sampingan, Gen Z mencari cara menghasilkan uang tambahan di tengah masa ekonomi yang penuh gejolak. Dikutip dari Fortune, EY menyebut, 73 persen Gen Z mengaku memiliki pekerjaan sampingan untuk memperoleh lebih banyak uang.
"Itu merupakan cara mereka melakukan lindung nilai terhadap gejolak keuangan yang bisa terjadi saat ekonomi melemah dan perusahaan melakukan PHK," kata Managing Director EY LLP EY Americas Cultural Insights and Customer Strategy Leader, Marcie Merriman.
Latar belakang pandangan Gen Z terhadap pekerjaan sampingan
Adapun, pandangan itu berasal dari latar belakang Gen Z yang tumbuh dan besar di bawah asuhan orang tua yang mengalami krisis keuangan pada 2008. Mereka melihat sendiri bagaimana Generasi Milenial memasuki pasar kerja ketika terjadi The Great Recession. Bahkan, bertahun-tahun setelahnya, Generasi Z tumbuh dewasa di tengah pandemi Covid-19, yang sempat menghambat perekonomian hingga mengakibatkan PHK masif pada 2020.
"Yang mereka lihat adalah banyak perusahaan akan melakukan pengurangan, mengambil langkah untuk menjaga profitabilitas dalam sekejap. Mereka melihat itu terjadi pada orang tuanya, Generasi Milenial, dan beberapa tahun terakhir, banyak dari mereka yang mengalaminya sendiri," jelas Merriman.
Dus, EY menyebut, Generasi Z pun mengkaji ulang prioritasnya dengan pandangan baru tentang stabilitas keuangan. 52 persen dari mereka mengatakan khawatir tak memiliki cukup uang, bahkan 39 persen mengatakan merasa sangat stres karena mengambil pilihan yang salah dengan uang mereka.
Gejolak-gejolak ekonomi yang terjadi satu dekade terakhir membuat 15 persen Generasi Z mengambil pekerjaan sampingan demi menabung untuk masa pensiun. Responden dari survei yang belum EY rilis itu dibagikan kepada Fortune, dan melibatkan responden berusia remaja dan 20-an.
"Pekerjaan sampingan dianggap sebagai keputusan pragmatis dan simbol kemandirian. Ini tak selalu didasarkan pada kebutuhan atau hasrat, tapi dipandang sebagai hal yang cerdas untuk dilakukan," tulis EY dalam laporan itu.
Lebih lanjut, berbeda dengan Generasi Boomer yang berambisi 'menaiki tangga jabatan' di perusahaan, Generasi Z lebih tak tertarik untuk terikat identitas terhadap karier mereka, sehingga lebih terbuka untuk menjajal pekerjaan sampingan.
Merriman mengatakan, "Bagi mereka, pengorbanan pribadi tak sama dengan nilai-nilai profesional."