Jakarta, FORTUNE - Indonesia adalah negara dengan populasi penganut Islam terbesar di muka bumi. Memiliki sekitar 270 juta penduduk dengan kurang lebih 85 persen yang beragama Islam, Indonesia pun menjadi pasar terbesar untuk produk dan layanan berbasis Islam. Pasar syariah dalam sebuah ekosistem halal pun terus dikembangkan, guna memaksimalkan potensi ini.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin pernah menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia pada 2024 akan menjadi produsen halal terbesar dunia. Menurutnya, seperti dikutip dari ANTARA News, “konsumen dalam negeri kita pasti sudah besar, tinggal bagaimana kita menjadi produsen halal sebagai global hub-nya”.
Data State of the Global Islamic Economy Report 2020/2021 memosisikan Indonesia dalam 10 peringkat teratas sektor Halal Food, Islamic Finance, Muslim Friendly Travel, Modest Fashion, Pharma Cosmetics, Media & Recreation. Fakta ini pun menjadi dasar positif bahwa prospek industri halal Indonesia cukup cerah, bahkan mampu menjadi titik terang pemulihan ekonomi nasional saat pandemi Covid-19.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada 2020 total aset keuangan syariah Indonesia mencapai Rp1.801,40 triliun, atau meningkat 22,71% (year on year/YoY). Sementara, industri perbankan syariah dinilai terus menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan pertumbuhan aset sebesar 13,11% (YoY).
Melihat pertumbuhan positif ini, Plt. Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama, Mastuki, mengungkapkan bahwa ekosistem halal di Indonesia memang punya potensi besar, bahkan lebih dari cukup. Baik modal insani (human capital), modal sosial, demografik, dan faktor lainnya, perlu bersinergi untuk memperkuat ekosistem halal Indonesia.
Penetapan Sertifikasi Halal
Mastuki mengatakan salah satu upaya penting dalam mengoptimalkan ekosistem halal secara holistik di Indonesia adalah akselerasi sertifikat halal. “Hal ini sejalan dengan perintah regulasi Jaminan Produk Halal (JPH). UU Nomor 33/2014, UU Cipta Kerja, PP 39/2021 hingga PMA 26/2020, kesemuanya mengamanatkan penyelenggaraan JPH dilaksanakan secara kolaboratif dengan tugas dan fungsi masing-masing lembaga yang saling melengkapi dan interdependen," katanya di jakarta, Sabtu (4/9).
Rencana ini pun diwujudkan pada Rabu (8/9) dalam acara peluncuran program Sertifikasi Halal Gratis atau Sehati untuk para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, pun memaparkan tiga keunggulan program Sehati.
Pertama, sebagai bentuk kepedulian Kementerian Agama kepada umat, bukan hanya dalam urusan agama sebagai core bisnisnya, tapi juga soal keberlanjutan usahanya. Kedua, bagi pelaku UMKM, sertifikasi ini jadi penguat fondasi perekonomian nasional. Ketiga, sertifikasi halal ini diharapkan akan membawa produk UMKM semakin terbuka menembus pasar halal global.
“Kita menyadari dalam suasana pandemi ini banyak usaha yang gulung tikar, dan sertifikasi halal gratis ini menjadi salah satu terobosan untuk mengatasi kelesuan usaha," kata Yaqut dalam keterangan resmi, Rabu (8/9).
Dukungan pemerintah pada sektor industri halal
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) baru saja meluncurkan Program Fasilitasi Halal bagi para pelaku usaha di kawasan industri halal. Hal ini dilakukan dalam rangka memperkuat daya saing produk halal nasional dan mengembangkan ekosistem halal di Indonesia.
Seperti halnya Kemenag, salah satu yang telah dilakukan Kemenperin adalah memberikan sertifikat produk halal serta memperkuat seluruh rantai nilai industri halal dan sektor hulu hingga hilir. Kepala Badan Standardisasi Kebijakan dan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Doddy Rahadi, menyampaikan bahwa Kemenperin akan fokus pada ada pengaturan, fasilitasi, pembinaan, serta pengawasan industri halal.
“Upaya Kemenperin untuk pengembangan industri halal juga meliputi dukungan terhadap pengembangan industri halal melalui standardisasi dan sertifikasi termasuk SNI bidang industri, jaminan produk halal bidang industri, standar industri hijau, dan penerapan industri 4.0,” tutur Doddy, pada Jumat (3/9).
Dorongan dari sektor perbankan
Sementara itu, Bank Syariah Indonesia (BSI) yang merupakan hasil merger tiga bank syariah milik negara (Mandiri Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah), menyatakan kerja sama dengan sejumlah kawasan insutri halal di Indonesia. Hal ini merupakan salah satu dukungan penting dalam pengembangan industri halal tanah air.
Dalam acara Public Expose IDX-BSI, pada Kamis (9/9), Direktur Utama I BSI, Ngatari, mengatakan bahwa kerja sama dengan kawasan industri dapat meningkatkan potensi produk halal Indonesia. Tentunya, hal ini juga dapat menjadi sumber pertumbuhan bisnis baru bagi BSI.
"Kami telah kerja sama dengan kawasan-kawasan industri halal seperti Safe ‘n Lock Halal Industrial Park di Sidoarjo Jawa Timur, juga dengan Modern Cikande Industrial Estate di Serang," ujar Ngatari.
Dalam keterangan resminya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) menyatakan berhasil menorehkan kinerja impresif sepanjang semester I-2021 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp1,48 triliun, naik 34,29 persen secara (YoY). Selain itu, BSI menorehkan pertumbuhan jumlah user mobile banking yang signifikan, menembus 2,5 juta pengguna. Sementara, BSI juga telah menyalurkan pembiayaan UMKM hingga Rp36,8 triliun pada semester I-2021.
Digitalisasi pada ekosistem syariah
Mengutip siaran pers Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Agustus 2021, nilai transaksi digital banking per Juli 2021 naik 53,08 persen (YoY). Nilai transaksi uang elektronik, yang banyak memfasilitasi transaksi e-commerce pun naik hingga 57,71 persen. Jumlah merchant QRIS juga meluas sampai menyentuh jumlah 9,4 juta.
Peningkatan penggunaan teknologi digital adalah sesuatu yang tidak terelakkan saat ini. Hampir semua sektor, mulai industri, perbankan, pariwisata, bahkan hiburan, benar-benar tak terpisahkan dari keberadaan teknologi. Untuk itu, dalam mewujudkan ekosistem halal di Indonesia, teknologi nampaknya juga menjadi sarana untuk menggeliatkan akselerasi.
Salah satu yang saat ini gencar mengembangkan teknologi digital dalam ekosistem halal di Indonesia adalah bank syariah. Pada awal September, BSI lewat semangat Ultimate Service sebagai Transformasi layanan yang berusaha memberikan layanan terbaik kepada nasabah dengan mengedepankan solusi digital dan kekhasan layanan Bank Syariah.
“Kami mengapresiasi seluruh nasabah dan masyarakat yang terus mendukung proses migrasi menjadi nasabah BSI dengan mengaktifkan rekening melalui BSI Mobile. Kami berharap, BSI menjadi sahabat finansial dan spiritual dengan tetap menjaga nasabah di masa PPKM ini,” kata Direktur Sales dan Distribusi BSI, Anton Sukarna, dalam keterangan resmi, Sabtu (4/9).
Selain itu, Direktur Operasi Bank Muamalat, Awaldi, mengatakan bahwa perkembangan layanan berbasis digital secara umum akan terus meningkat. Hal ini seiring dengan pergeseran kebiasaan nasabah yang menjadi lebih aktif menggunakan layanan digital khususnya selama masa pandemi. Oleh karena itu, pihaknya fokus untuk terus melakukan digitalisasi layanan.
“Nasabah kami semakin sedikit yang datang ke kantor cabang dan lebih memilih bertransaksi secara digital terutama selama pandemi Covid-19. Kami memiliki nasabah yang sangat loyal, oleh karena itu kami juga ingin memberikan layanan terbaik bukan hanya secara fisik tapi juga digital,” kata Awaldi dalam keterangan resmi, Kamis (9/9).