Sukuk RI Kontributor Utama Pasar Modal Syariah Global
Total sukuk hijau Indonesia capai US$3,5 miliar sejak 2018.
Jakarta, FORTUNE - Indonesia merupakan kontributor utama dalam penerbitan surat utang syariah atau sukuk di pasar modal syariah internasional. Total bagian Indonesia tercatat sebesar 23,11 persen dari seluruh penerbitan sukuk global.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kontribusi Indonesia dari penerbitan sukuk global senilai US$23,65 miliar. “Di pasar modal syariah global, Indonesia merupakan kontributor utama penerbitan sukuk di pasar internasional. Bagian Indonesia adalah 23,11 persen dari penerbitan global,” ujar Menkeu dalam acara The 9th ASEAN Universities International Conference on Islamic Finance (AICIF) 2021 secara virtual, dikutip Jumat (19/11).
Indonesia berpeluang mengembangkan lebih banyak sukuk
Tercatat pada semester pertama 2021, pemerintah berhasil menerbitkan sovereign green sukuk tingkat global senilai US$700 juta. Total penerbitan sukuk hijau Indonesia secara global senilai US$3,5 miliar sejak 2018.
Menurut Menkeu, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mengembangkan lebih banyak varian sukuk, seperti cash waqf linked sukuk (CWLS) dan sukuk hijau. Hal itu sejalan dengan komitmen pembahasan mengenai perubahan iklim di seluruh dunia.
“Dalam satu dekade terakhir, keuangan syariah menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat di industri keuangan global, bahkan melampaui pasar keuangan konvensional,” ucapnya.
Ekonomi syariah dan industri halal berpotensi tumbuh pesat
Dia melanjutkan, laporan ekonomi syariah global 2020 memperkirakan nilai aset keuangan syariah akan meningkat sebesar 13,9 persen pada 2019. Akan tetapi, nilai aset keuangan diperkirakan stagnan pada 2020 karena pengaruh pandemi Covid-19.
"Laporan ekonomi syariah global juga memperkirakan keuangan syariah global akan tumbuh sebesar 5 persen per tahun selama periode 2019 hingga 2024. Hal ini diperkirakan akan mencapai level aset US$3,69 triliun pada 2024," ucapnya.
Menkeu Sri Mulyani juga menyampaikan, industri halal memiliki potensi untuk tumbuh pesat. Tercatat pada 2019, total konsumsi produk halal di Indonesia sebesar US$11,2 miliar. Sri mengatakan, pengembangan industri halal menjadi fokus Indonesia karena tidak hanya dapat menopang perekonomian, tetapi juga mendorong terciptanya keadilan sosial.
"Sangat penting untuk melanjutkan peluang ini dan membuat peran yang berarti dalam konteks permintaan yang terus tumbuh," ujarnya.
Penerbitan sukuk korporasi nasional masih lesu
Meskipun demikian, penerbitan sukuk korporasi nasional masih lesu dan belum menunjukkan geliat signifikan. Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo Niken Indriarsih menyampaikan, penerbitan sukuk korporasi tercatat sekitar Rp6,5 triliun hingga kuartal III 2021.
"Penerbitan sukuk memang hingga kuartal III ini sekitar Rp 6,5 triliun. Dari sisi mandat yang kami terima, untuk penerbitan sukuk yang belum terealisasi, yakni Rp1,4 triliun," kata Niken.
Penerbitan sukuk yang di peringkat Pefindo tercatat sebesar Rp4,5 triliun dari perusahaan BUMN dan Rp1,5 triliun dari non-BUMN. Mayoritas penerbitan sukuk di sektor konstruksi diikuti pulp and paper, multifinance, serta pembiayaan.
Niken mengatakan, instrumen sukuk mencatat jumlah penerbitan paling rendah dibandingkan dengan instrumen lainnya. Dari sisi mandat penerbitan, sukuk memiliki rencana emisi terkecil dibandingkan dengan rencana penawaran umum berkelanjutan (PUB) yang sebesar Rp10,3 triliun, PUB baru Rp7,2 triliun, obligasi Rp4,9 triliun, medium term notes (MTN) Rp2,4 triliun, dan sekuritisasi Rp1,8 triliun.