Asbisindo Optimis Kinerja Bank Syariah Tumbuh Double Digit di 2023
Perbankan syariah masih hadapi sejumlah tantangan.
Jakarta, FORTUNE - Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) optimis mengakselerasi kemajuan industri keuangan syariah, melalui konsolidasi dan digitalisasi sehingga berkontribusi lebih besar pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua Umum Asbisindo Hery Gunardi bersyukur, komitmen dalam membangun percepatan kemajuan perbankan syariah didukung oleh amanah Undang-undang (UU) Nomor 4 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK).
“Kami optimis industri perbankan syariah akan tumbuh double digit di tahun ini, mengingat potensi Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Terlebih lagi bila inklusi dan literasi makin ditingkatkan, maka industri perbankan syariah akan tumbuh positif,” ungkap Hery melalui keterangan resmi di Jakarta, Minggu (29/1).
Aset perbankan syariah tumbuh 17,31%
Hery mengungkapkan, posisi Agustus 2022, aset perbankan syariah mencapai Rp745 triliun, tumbuh 17,31 persen secara year on year (yoy), sedangkan industri perbankan nasional tumbuh 9,14 persen.
Dari sisi pembiayaan, industri perbankan syariah mencatat pembiayaan mencapai Rp484 triliun, tumbuh 18,56 persen yoy, sedangkan industri perbankan nasional tumbuh 10,62 persen. Adapun dari sisi perolehan dana pihak ketiga (DPK), industri perbankan syariah mencapai Rp 592 triliun, tumbuh 18,08 persen yoy.
Selain itu, keadaan pasca pandemi memberikan salah satu dampak positif, di antaranya perilaku masyarakat yang mulai shifting dan beralih ke digital untuk aktivitas ekonomi yang mana transaksi digital dari berbagai platform menjadi sebuah kebutuhan.
Hal ini mendorong e-channel bank-bank syariah untuk mampu bersaing dan kolaborasi dengan berbagai platform transaksi digital, guna menunjang sistem pembayaran yang makin cepat dan efisien.
Industri perbankan syariah masih hadapi sejumlah tantangan
Hery menambahkan meski di tahun ini diprediksi memiliki banyak tantangan bagi sektor perbankan nasional, namun industri perbankan syariah terbukti resilien dan terus mengalami pertumbuhan positif serta solid di atas rata-rata industri perbankan nasional.
Namun demikian, perbankan syariah harus berjuang lebih keras lagi untuk menghadapi tantangan di tahun ini karena menghadapi tingginya kenaikan bagi hasil serta likuiditas yang ketat. Tantangan lainnya yaitu keharusan konsolidasi dan digitalisasi.
“Berbagai tantangan tersebut harus dijawab dengan efisiensi bisnis proses, inovasi produk dan layanan sesuai kebutuhan masyarakat serta transformasi digital. Semua ini harus dikemas menjadi one stop solution yang mengakselerasi bisnis perbankan syariah di Indonesia,” tambahnya.
Seperti yang diamanatkan dalam UU P2SK, pengaturan terhadap perbankan dan perbankan syariah bertujuan untuk mempercepat proses konsolidasi sehingga perbankan Indonesia semakin berdaya saing.
Selain itu, UU P2SK juga memperkuat pengaturan terkait bank digital dan pemanfaatan teknologi informasi oleh perbankan, memperkuat peran BPR/S dalam menggerakkan perekonomian daerah dan mendukung pengembangan UMKM, serta memperluas cakupan kegiatan usaha perbankan (syariah) untuk menggerakkan ekonomi nasional.
Literasi keuangan syariah baru 9,14%
Tak hanya itu, pihaknya juga berkomitmen meningkatkan dan memperdalam inklusi dan literasi perbankan syariah sebagai upaya mendukung ekonomi
Tercatat tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia masing-masing baru mencapai 9,14 persen dan 12,12 persen. Angka ini masih sangat jauh dibanding tingkat literasi dan tingkat inklusi keuangan nasional yang mencapai 49,68 persen dan 85,10 persen.
Namun demikian, aktivasi produk dan layanan keuangan syariah di Indonesia sepanjang 2022 meningkat sejalan dengan peningkatan literasi yang dilakukan secara kontinu.