BTPN Syariah Pertahankan NPF 0,02% di Tengah Lemahnya Daya Beli
Pembiayaan BTPN Syariah mencapai Rp10,33 triliun.
Jakarta, FORTUNE - PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPN Syariah) mampu mempertahankan rasio pembiayaan macet atau Non Performing Finance (NPF) net miliknya di level 0,02 persen pada kuartal III-2024 atau membaik bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 0,70 persen.
Direktur BTPN Syariah, Fachmy Achmad menyatakan bahwa kondisi ekonomi di masyarakat cukup menantang di tengah melemahnya daya beli masyarakat yang menyebabkan deflasi berkepanjangan selama lima bulan berturut-turut sejak Mei hingga September 2024. Apalagi, BTPN Syariah memiliki fokus ke pembiayaan ultra mikro dalam bisnisnya.
"Di tengah situasi yang menantang bagi segmen ultra mikro, Bank terus berusaha menciptakan stabilitas bisnis dengan berbagai program dimulai dari meningkatkan kedisiplinan nasabah, kekompakan sentra, serta program peningkatan usaha nasabah,” kata Fachmy saat ditemui beberapa waktu lalu.
Pembiayaan BTPN Syariah mencapai Rp10,33 triliun
Meski demikian, BTPN Syariah masih menyalurkan pembiayaan sebesar Rp10,33 triliun pada kuartal III-2024. Kondisi ini mendorong raihan laba Rp771 miliar di sembilan bulan pertama 2024.
“Kiranya upaya kami untuk konsisten membangun perilaku unggul nasabah ultra mikro, dan memastikan rutin hadir di kumpulan akan berdampak positif terhadap perkembangan usaha mereka di masa mendatang, Insya Allah. Kami berjanji akan melayani nasabah ultra mikro Indonesia dengan tuntas," ungkap Fachmy.
Sementara itu, rasio keuangan BTPN Syariah juga tetap kuat, di mana Return on Asset (RoA) 6,1 persen. Selain itu, rasio kecukupan modal (CAR) 51,7 persen atau jauh di atas rata-rata industri, sehingga ketahanan BTPN Syariah sangat terjaga. Hal ini membuat Bank terbuka untuk memberikan opsi pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio/DPR) tahun depan konsisten dengan yang diberikan di 2024.
Aset perbankan syariah naik 10,37%
Bila dilihat secara industri, NPF net perbankan syariah mencapai 0,87 persen. Berdasarkan data OJK, kondisi perbankan syariah saat ini mencerminkan kondisi yang terjaga stabil dan menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Aset, pembiayaan, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah masih melanjutkan catatan double digit growth. Per Agustus 2024, aset tumbuh sebesar 10,37 persen year on year (yoy) menjadi Rp902,39 triliun.
Sementara itu, pembiayaan tumbuh sebesar 11,65 persen (yoy) menjadi Rp620,33 triliun sedangkan untuk DPK juga tumbuh 11,42 persen (yoy) menjadi Rp705,18 triliun. Di samping itu, ketahanan perbankan syariah tetap kuat, tercermin dari permodalan (CAR) yang berada di level 25,6 persen. Ketahanan ini juga didukung oleh kualitas pembiayaan yang baik dan profitabilitas yang stabil.