Industri Halal RI bisa Pacu Ekspor, Ini Potensinya
Potensi nilai industri halal RI capai Rp1.958 triliun.
Jakarta, FORTUNE - Potensi industri halal nasional sangat besar sehingga perlu dipacu agar dapat menjadi andalan ekspor di masa mendatang yang akan mampu menopang perekonomian Indonesia.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), Teguh Dartanto mengatakan, Indonesia bisa dan harus menjadi halal hub secara global.
“Kita (Indonesia) memang harus leading di konteks industri halal, menjadi halal hub di dunia ini. Karena potensi masyarakat kita dan muslim middle class kita, serta industri kreatif di sektor ini juga cukup kuat,” ujarnya melalui keterangan tertulis yang dikutip di Jakarta, Rabu (12/7).
Potensi nilai industri halal RI capai Rp1.958 triliun
Di sisi lain, potensi nilai industri halal di Indonesia diperkirakan mencapai US$135 miliar atau setara Rp1.958 triliun berdasarkan Indonesia Halal Market Report (2021-2022). Oleh karena itu, Global Islamic Economy Indicator 2022 menyebut Indonesia berada pada posisi keempat sebagai negara dengan ekonomi syariah terbesar di dunia.
Optimisme Teguh bukan tanpa dasar, bila mengutip data Kementerian Perindustrian, belanja umat muslim Indonesia untuk produk dan layanan halal diperkirakan naik sekitar 14,96 persen pada 2025 yaitu sebesar US$281,6 miliar atau sekitar Rp4.264 triliun.
Proyeksi itu menjadikan Indonesia sebagai konsumen pasar halal terbesar secara global, dengan persentase sekitar 11,34 persen dari pengeluaran belanja halal di seluruh dunia. Adapun jumlah populasi umat muslim di Indonesia sekitar 241,7 juta orang pada 2022 atau setara 87 persen dari jumlah penduduk secara nasional.
Ekspor harus menyasar non-conventional market
Teguh lebih lanjut menjelaskan, oleh sebab itu Indonesia harus mengembangkan produk dan pasar ekspor halal hingga menyasar non-conventional market. “Selama ini kita masih, dan sangat tergantung dengan conventional market, negara-negaranya itu saja. Artinya kita memang harus mencari dan mengembangkan non-conventional market ke emerging muslim countries,” lanjutnya.
Dia mencontohkan, seperti Pakistan, atau bahkan India yang memang populasi muslimnya besar. Selain itu banyak negara di kawasan Timur Tengah bagian utara yang belum tergarap juga di Afrika Utara.
“Kita berharap kalau halal pun juga, jangan hanya industri besar, tetapi bagaimana UMKM-UMKM kita juga didorong naik kelas untuk bisa mengekspor produk-produk UMKM kita yang halal ke negara-negara non-conventional tadi,” katanya.
Hal itu pun dapat mengurangi potensi atau dampak krisis. Seperti saat ini, banyak negara tujuan ekspor terancam resesi global sehingga secara langsung atau tidak, dapat berpengaruh terhadap neraca perdagangan Indonesia. Di sisi lain, negara non-conventional tadi banyak yang lebih tangguh dalam menghadapi potensi resesi global.